Penggilingan Ditutup, Limbah Berserakan

Anggota DPRK Aceh Barat, yang turun ke lokasi usaha penggilingan batu emas milik seorang pengusaha di Desa Masjid Tuha

Editor: hasyim
* Dewan Minta Pengusaha Bersihkan

MEULABOH - Anggota DPRK Aceh Barat, yang turun ke lokasi usaha penggilingan batu emas milik seorang pengusaha di Desa Masjid Tuha, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, menemukan usaha penggilingan batu emas di pinggir sungai Krueng Meureubo, Aceh Barat, sudah ditutup sejak dua bulan lalu. Namun limbah bekas penggunaan merkuri untuk pengolahan emas masih berserakan di lokasi.

Limbah tersebut akan ikut mengalir ke Krueng Meureubo bila musim hujan tiba. Karena itu, dewan meminta limbah tersebut harus dibersihkan serta lokasi bekas usaha penggilingan bernama UD MT itu harus disterilkan.

Desakan itu disampaikan anggota DPRK Aceh Barat, Ramli didampingi empat anggota DPRK lain, Rizwan MA, Meurah Ali, T Masbar, dan Ibrahim Husen kepada Serambi, Jumat (21/10) di sela meninjau lokasi penggilingan yang dilaporkan membawa dampak pencemaran merkuri (air raksa) sebagaimana diungkapkan Walhi Aceh setelah diteliti oleh tim Unsyiah Banda Aceh.

“Seharusnya bila tidak lagi beroperasi, maka limbah di lokasi itu harus dibersihkan sehingga tidak mengalir lagi ke Krueng Meureubo, sebab lokasi penggilingan hanya terpaut 2 meter dari sungai,” ujar Ramli.

Ia mengatakan, pihak anggota DPRK menyangkan kehadiran usaha penggilingan batu emas di sana sebab telah membawa dampak buruk bagi air sungai. Sehingga perlu diambil sikap tegas oleh Pemkab Aceh Barat.

Belum diberikan
Sementara itu, Kepala Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kandepal) Aceh Barat, Mulyadi SHut yang ditanyai Serambi, kembali Jumat kemarin, mengatakan hasil yang pernah dipaparkan oleh Walhi Aceh dan tim Unsyiah Banda Aceh terhadap merkuri yang dilaporkan mulai mencemari Krueng Meureubo sejauh ini belum diberikan secara resmi ke pihaknya.

Mulyadi berharap Walhi dapat segera menyampaikan kepihaknya termasuk daerah mana saja yang dilaporkan tercemar serta luasnya berapa, sebab aliran Krueng Meureubo cukup panjang, melintasi puluhan desa dalam empat kecamatan, dari Pante Ceureumen, Kaway XVI, Meureubo, hingga ke mura di Kecamatan Johan Pahlawan.(riz)

Pernah Gatal-gatal

SEORANG warga Ujong Tanjong, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Tarmizi mengatakan, kehadiran usaha penggilingan batu emas di wilayah itu sejak awal tahun 2010 lalu sudah pernah dikeluhkan oleh penduduk sejumlah desa di bagian bawah aliran sungai. Sebab ketika mandi-mandi banyak warga yang diserang gatal-gatal, namun kini tidak lagi.

Ia meminta adanya penanggulangan serius dari Pemkab sehingga penduduk yang menetap di sekitar Krueng Meureubo tidak resah, apalagi air di Krueng Meurebo merupakan kebuhan pokok masyarakat, serta di Krueng Meureubo warga kerap mencari kerang, serta melakukan pengerukan pasir di tengah sungai sebagai pekerjaan sehari-hari.(riz)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved