Hujan Es Berlanjut

Kota Subulussalam kembali diguyur hujan Kamis (9/2) siang kemarin. Uniknya, dalam hujan yang turun itu terdapat butiran es

Editor: bakri
SUBULUSSALAM - Kota Subulussalam kembali diguyur hujan Kamis (9/2) siang kemarin. Uniknya, dalam hujan yang turun itu terdapat butiran es, kendati ukurannya lebih kecil dibanding sehari sebelumnya dan lebih cepat mencair.

“Masih ada hujan es, tapi lebih kecil dan tidak lama seperti kemarin. Begitu sampai di tanah, esnya langsung mencair,” kata Indah (26), warga Kota Subulussalam, kepada Serambi, Kamis (9/2).

Menurut Indah, pada saat hujan turun, sejumlah butiran es ukuran kecil jatuh, namun tak bisa diambil karena langsung mencair beberapa saat setelah sampai di tanah. Fenomena alam yang telah menghebohkan penduduk Kota Subulussalam dalam sepekan terakhir ini merupakan kali keempat. Sebelumnya, hujan es terjadi Rabu (1/2), Sabtu (4/2), dan Rabu (8/2) kemarin.

Sejauh ini masyarakat masih penasaran dengan fenomena alam yang langka itu. “Dulu memang pernah terjadi, tahunnya saya lupa, tapi sudah lama sekali,” kata Dame (68), warga Subulussalam.

Hal senada disampaikan warga lainnya Umar (56) yang mengaku hujan es juga pernah terjadi di daerah ini. Namun, kata Umar, masyarakat setempat menyebut hujan tersebut dengan istilah “hujan batu”, bukan hujan es.

Umar menambahkan, hujan es yang terjadi di wilayah Subulussalam selalu disusul oleh angin kencang atau angin puting beliung yang dalam bahasa setempat disebut angin kekeben atau angin pusakh.

Dikatakan, meski tidak terlalu mengkhawatirkan, namun masyarakat setempat membaca tanda-tanda alam tersebut sebagai pertanda bakal masuk musim penyakit, seperti demam atau sakit kepala dan flu. Sedangkan pertanda lain, sejauh ini belum ada yang mengemuka.

Pantauan Serambi, hujan es yang melanda Kota Subulussalam mulai mengganggu aktivitas masyarakat setempat. Pasalnya, tiap kali terjadi hujan es selalu ada angin puting beliung yang memorak-porandakan puluhan rumah penduduk.

Apalagi, hujan yang turun itu berlangsung sejak siang hingga sore, bahkan malam hari. Tak jarang masyarakat pekerja maupun pedagang harus cepat-cepat pulang karena cemas dan ketakutan. “Takutlah kita, apalagi anginnya kencang kali,” kata Ita (24), warga Subulussalam.

Selain hujan dan angin, warga setempat juga cemas oleh gemuruh petir yang tak jarang mencederai manusia. Bahkan dalam rentang sepekan ini sudah sembilan korban sambaran petir di Kota Subulussalam.

Dua bulan lalu, petir juga pernah menyambar lima warga Desa Sikerabang, Kecamatan Longkib. “Sekarang setiap hari saya takut, karena asal turun hujan pasti ada angin puting beliung dan petir yang cukup keras,” ujart Nyonya Lina (27). (kh)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved