8 Mahasiswa Singapura Teliti Naskah Kuno Aceh

Delapan Mahasiswa jurusan Pengajian Melayu National University of Singapore (NUS), sejak tiga hari terakhir melakukan pengkajian

Editor: bakri
zoom-inlihat foto 8 Mahasiswa Singapura Teliti Naskah Kuno Aceh
Mahasiswa National University of Singapore (NUS) memperhatikan sejumlah naskah kuno Aceh di rumah kolektor naskah kuno Aceh, Tarmizi A Hamid, Rabu (22/2). serambi/zainal arifin
BANDA ACEH - Delapan Mahasiswa jurusan Pengajian Melayu National University of Singapore (NUS), sejak tiga hari terakhir melakukan pengkajian terhadap sejumlah bukti sejarah peradaban dunia Melayu di Aceh. Salah satu sumber pengkajian adalah melalui naskah kuno yang diyakini masih bertebaran di kalangan masyarakat Aceh.

“Dalam Sastra Melayu Klasik, posisi Aceh sangat penting. Di sini kita bisa melihat kitab-kitab lama yang ditulis oleh ulama dan penyair Aceh masa lalu,” kata Profesor Jan Van Der Putten, yang mendampingi para mahasiswanya, saat berkunjung ke rumah Kolektor Naskah Kuno Aceh, Tarmizi A Hamid, di Ie Masen, Banda Aceh, Rabu (22/2).

Putten berpendapat, kajian naskah kuno di Aceh punya tantangan dan keunikan tersendiri. Para mahasiswanya bisa langsung melihat naskah-naskah itu dari tangan para pewaris asli.

“Di Singapura memang ada juga naskah, sama seperti di Amerika atau belahan dunia lain. Tapi naskah-naskah ini sudah disimpan di gedung-gedung megah, gedung dingin ber-AC, sama sekali terpisah dari asal-usulnya. Makanya saya bawa anak murid saya ke sini (Aceh), agar mereka bisa melihat sendiri bagaimana suatu naskah dapat dilihat dalam konteks aslinya,” ujar Profesor asal Belanda ini.

Ia juga mengapresiasi kerja orang-orang Aceh, seperti Tarmizi A Hamid, yang dengan gigih mengumpulkan naskah kuno, mencoba menyelamatkan tradisi dengan membuka peluang bagi generasi yang ingin meneliti dan mengkaji sejarah kejayaan Bangsa Melayu.

“Itu amat sangat saya hargai. Yang mengkhawatirkan, ada pihak yang melihat ini naskah-naskah ini sebagai sesuatu yang sudah kedaluwarsa, dari masa lampau yang tidak sesuai lagi dengan masa sekarang. Itu selalu ada tantangan, bagaimana kita bisa menerjemahkan naskah ini untuk kepentingan masa kini, bahkan untuk masa depan,” ujarnya.(c47)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved