Darni: Panwas Harusnya Diganti Jadi Panwasda
Calon gubernur (Cagub) Aceh, Prof Dr Darni M Daud MA menilai Panitia Pengawas (Panwas) Pilkada Aceh telah berbuat diskriminatif terhadap dirinya

menilai Panitia Pengawas (Panwas) Pilkada Aceh telah berbuat diskriminatif terhadap dirinya yang maju sebagai calon gubernur Aceh pada Pilkada 9 April mendatang.
“Kalau begini terus-menerus, saya sarankan Panwas diganti saja namanya menjadi Panwasda, Panitia Pengawas Darni Daud,” ujar Darni sambil tersenyum saat menggelar konferensi pers di Ruang Rapat Rektor Unsyiah, Darussalam, Banda Aceh, Jumat (30/3) pagi.
Saran itu disampaikan Darni karena ia mengaku kecewa dengan sikap Panwas Aceh yang, menurutnya, hanya “berani” terhadap dirinya bersama tim suksesnya, tapi tidak terhadap kandidat lain. “Mengapa kami saja yang terus-terusan disorot oleh Panwas Aceh dengan dalih saya dan tim sukses melakukan pelanggaran. Padahal, calon lain ada juga yang melakukan pelanggaran, tapi mengapa tak pernah dipersoalkan?” gugatnya bernada kecewa.
Demikian juga terkait statusnya sebagai Rektor Unsyiah ketika ditetapkan sebagai calon gubernur Aceh oleh KIP, Darni mengatakan, panwas hanya mempersoalkannya terus-menerus melalui media massa. Sementara kepada dirinya dan tim sukses, lanjut Darni, panwas hingga kini tidak pernah mempertanyakan langsung hal itu.
Ia juga mengaku heran mengapa panwas tidak pernah mempersoalkan dosen/PNS lain di Unsyiah yang juga maju sebagai calon bupati/wakil bupati dan wali kota/wakil wali kota. Padahal, mereka sampai kini belum mengajukan surat pemberhentian sementara. “Saya tahu itu, karena saya sebagai rektor tidak pernah menerima surat itu dari mereka,” kata Darni yang maju ke Pilkada Gubernur Aceh menggandeng Dr Ahmad Fauzi sebagai calon wakil gubernur.
Darni juga menyorot berbagai teror, intimidasi, dan kekerasan terhadap tim sukses (timses)-nya dari kelompok tertentu di berbagai kabupaten/kota yang tidak pernah ditindaklanjuti oleh panwas maupun aparat penegak hukum.
“Kalau ada kelompok yang marah kepada timses saya, itu masih lumayan diterima akal, karena mereka manusia. Tapi, yang saya tidak habis pikir mengapa ada orang yang tega menebang pepohonan di kebun saya di kawasan Laweueng, Pidie? Salah apa pohon-pohon jabon di kebun saya itu, hingga harus jadi korban. Padahal, saya menanam pohon itu untuk menjaga lingkungan,” jelas Darni.
Ia juga berharap jangan karena beda dukungan menjelang pilkada, banyak masyarakat yang menjadi korban teror, intimidasi, bahkan kekerasan seperti pemukulan dan pelemparan oleh kelompok tertentu. “Mari kita bersaing secara fair. Kepada panwas dan penegak hukum kami minta untuk berlaku adil ke semua pasangan calon,” harap Darni M Daud. (jal)