Sekeluarga asal Aceh Tenggara Memeluk Islam di Abdya
Proses pensyahadatan dipimpin Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Abdya, Tgk H Abdurrahman Badar

Sebelumnya, keluarga yang baru tiga bulan menetap di rumah adik kandung Sahat, Abdullah yang sudah 20 tahun memeluk Islam di Desa Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, itu merupakan penganut agama Kristen Protestan.
Proses pensyahadatan dipimpin Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Abdya, Tgk H Abdurrahman Badar yang juga Pimpinan Dayah Terpadu Khazanatul Hikam, disaksikan Sekretaris Baitul Mal setempat, H Darma Muslim, serta puluhan santri dan santriwati Dayah Terpadu Khazanatul Hikam.
Ketua MPU Tgk H Abdurahman Badar dalam arahannya, mengharapkan kepada keluarga yang sudah mendapat petunjuk dari Allah supaya benar-benar mengerjakan dan mentaati aturan ajaran Islam. “Jangan cuma masuk Islam, tapi juga harus belajar ajaran Islam untuk penyempurnaan ibadah. Islam adalah agama yang benar yang diterima di sisi Allah SWT,” katanya.
Sahat Timbul kepada Ketua MPU mengatakan, keinginan untuk mememluk agama Islam sudah lama, yakni sejak pertama menikahi istrinya, Sultani. Niat itu disambut baik oleh sang istri. Tapi niat tersebut baru dapat dilaksanakan sekarang. “Tidak dipaksa, masuk Islam ini merupakan niat tulus dari lubuk hati, karena kami merasa agama Islam itu adalah agama yang benar yang membawa kedamaian,” katanya.
Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, keluarga mualaf itu diberi nama baru. Masing-masing, Sahat Timbul menjadi Muhammad Sahal, Sultani menjadi Nurafifah. Selanjutnya dua anaknya, sebelumnya bernama Yudi Effendi diganti menjadi Fuadi dan Neli Sri Melliani menjadi Nurlaili.(az)