Sekeluarga asal Aceh Tenggara Memeluk Islam di Abdya

Proses pensyahadatan dipimpin Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Abdya, Tgk H Abdurrahman Badar

Editor: hasyim
zoom-inlihat foto Sekeluarga asal Aceh Tenggara Memeluk Islam di Abdya
Ketua MPU Abdya yang juga Pimpinan Dayah Khazanatul Hikam, Tgk H Abdurrahman Badar memandu ucapan kalimah Syahadat terhadap Sahat Timbul dan anggota keluarganya yang memeluk agama Islam di Dayah Khazanatul Hikam di Desa Kuta Tinggi, Blangpidie, Jumat (20/4). SERAMBI/AZHARI
BLANGPIDIE - Satu keluarga asal Desa Terlambat Juhar, Kecamatan Bambel, Kabupaten Aceh Tenggara, masing-masing Sahat Timbul Panggabean (suami, 52), Sultani Beru Nababan (istri, 42), beserta dua anaknya, Yudi Efendi (14) dan Neli Sri Melliani (11), Jumat (20/4), secara resmi memeluk Islam di Dayah Terpadu Khazanatul Hikam, Desa Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya).

Sebelumnya, keluarga yang baru tiga bulan menetap di rumah adik kandung Sahat, Abdullah yang sudah 20 tahun memeluk Islam di Desa Kuta Tinggi, Kecamatan Blangpidie, itu merupakan penganut agama Kristen Protestan.

Proses pensyahadatan dipimpin Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Abdya, Tgk H Abdurrahman Badar yang juga Pimpinan Dayah Terpadu Khazanatul Hikam, disaksikan Sekretaris Baitul Mal setempat, H Darma Muslim, serta puluhan santri dan santriwati Dayah Terpadu Khazanatul Hikam.

Ketua MPU Tgk H Abdurahman Badar dalam arahannya, mengharapkan kepada keluarga yang sudah mendapat petunjuk dari Allah supaya benar-benar mengerjakan dan mentaati aturan ajaran Islam. “Jangan cuma masuk Islam, tapi juga harus belajar ajaran Islam untuk penyempurnaan ibadah. Islam adalah agama yang benar yang diterima di sisi Allah SWT,” katanya.

Sahat Timbul kepada Ketua MPU mengatakan, keinginan untuk mememluk agama Islam sudah lama, yakni sejak pertama menikahi istrinya, Sultani. Niat itu disambut baik oleh sang istri. Tapi niat tersebut baru dapat dilaksanakan sekarang. “Tidak dipaksa, masuk Islam ini merupakan niat tulus dari lubuk hati, karena kami merasa agama Islam itu adalah agama yang benar yang membawa kedamaian,” katanya.

Setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, keluarga mualaf itu diberi nama baru. Masing-masing, Sahat Timbul menjadi Muhammad Sahal, Sultani menjadi Nurafifah. Selanjutnya dua anaknya, sebelumnya bernama Yudi Effendi diganti menjadi  Fuadi dan Neli Sri Melliani menjadi Nurlaili.(az)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved