Cemburu, Nenek 70 Tahun Sewa Polisi untuk Bunuh Bidan
Motifnya diduga cemburu, cinta segitiga
SERAMBINEWS.COM, MEDAN - Penembakan bidan puskesmas yang berujung kematian akhirnya
terungkap. Otak pelaku ternyata nenek berusia 70 tahun yang bersedia
menggelontorkan dana besar untuk menyewa oknum polisi sebagai pembunuh.
Aksi sadis Idawati boru Pasaribu alias Nenek (70) terbongkar setelah dirinya diringkus polisi dari kediamannya di Jakarta dan diboyong ke Mapolresta Medan, Rabu (6/3/2013) siang. Ia diduga telah menyewa dua anggota Polda Sumatera Barat, Brigadir Gusnita Bakhtiar (32), dan Bripda Aulia Pratama (22) untuk membunuh Nurmala Dewi boru Tinambunan, pada 7 Februari lalu.
Kapolda Sumut Irjen Wisjnu Amat Sastro menyebutkan kedua oknum itu
dibekuk di Padang pada 25 Februari, dan kini sudah ditahan di Mapolresta
Medan. Total pelaku yang diduga terlibat disebutnya delapan orang, lima
lainnya ialah Rini Dharmawti (40) dan suaminya, Julius (40) warga
Tiban, Batam, Rizky Dharma Putra alias Gope (23) warga Padang, Sumatera
Barat, Ashari (18) penduduk Medan Maimun, dan Iin Dayana (26) asal Medan
Labuhan yang merupakan mantan anggota Polwan.
"Motifnya diduga cemburu, cinta segitiga. Ida sakit hati kepada korban
karena menjalin hubungan dengan suaminya, Berton Silaban yang memiliki
usaha di Batam," kata Wisjnu, Rabu (6/3/2013) sore.
Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Yoris Marzuki menambahkan memang Ida
tidak secara langsung memerintahkan kedua oknum itu terlibat
pembunuhan. Namun hasil pemeriksaan mengungkapkan kalau wanita tua itu
meminta Rini, pemilik salon yang menjadi langganannya di Batam untuk
mengatur rencana pembunuhan itu dengan imbalan Rp 300 juta. Rini
kemudian mengajak sahabatnya Brigadir Gusnita Bakhtiar. Untuk
memaksimalkan rencana itu, Brigadir Gusnita mengajak rekan satu korpsnya
Bripda Aulia Pratama untuk melakukan eksekusi.
"Bripda A ini ternyata mencari orang lagi, dan akhirnya dia mengajak si Gope. Gope ini kawan kecil dia," beber Yoris.
Penembakan itu dilakukan Gope dengan dibonceng Bripda Aulia ketika
korban baru turun dari angkot menujuu rumahnya. Ironisnya, senjata FN
yang sudah disita itu diperoleh dari kakak Brigadir Gusnita, M yang
merupakan oknum TNI di Padang.
"Mereka beli senjatanya Rp 13 juta. Sekarang sudah disita," kata Yoris.
Peran tersangka Ashari yang merupakan pedagang martabak ialah menyimpan
barang bukti pembunuhan, seperti pistol, sepeda motor, dan helm yang
digunakan membunuh korban. Sementara Iin bertugas mengawasi kebiasaan
korban, termasuk memfoto wajah, dan rumahnya untuk diinformasikan kepada
tim eksekutor.
Informasi lain menyebutkan, antara Ida dengan Berton tidak terikat
pernikahan. Berton diketahui hanya direktur di salah satu perusahaan
milik Ida di Batam. Dan keberadaan Berton sendiri sejak 2011 tidak
diketahui.
"Keluarganya menyatakan dia hilang di Batam sejak 2011. Ada laporan hilangnya," ungkap Yoris.
Menariknya percobaan pembunuhan itu sudah dilakukan sejak 22 Desember
2012. Namun penyerangan yang dilakukan Gope menggunakan jari-jari sepeda
motor yang diruncingkan hanya melukai korban. Percobaan kedua dilakukan
16 Januari 2013, kali ini Gope salah sasaran karena justru melukai ibu
Nurmala, Ariani boru Sitohang.
Dan rencana pembunuhan itu akhirnya betul-betul terealisasi ketika bidan
Puskesmas Teladan itu turun dari angkot bersama ibunya, 7 Februari
lalu. Pelaku menembak korban ketika hendak masuk ke rumah, Jalan
Pertahanan, Gang Indah, Patumbak, Deliserdang. Penembakan itu
disaksikan langsung sang ibu.
"Eksekutor menerima upah Rp 20 juta. Uangnya sudah diserahkan pada 10
Februari, atau tiga hari setelah pembunuhan," terang Yoris.
Dalam kasus itu polisi menyita pistol FN, senjata airsoft gun, sepeda
motor Honda Beat tanpa plat, Yamaha Mio BK 1075 KV, mobil Honda Jazz BK
1075 KV, uang Rp 260 juta, dan berbagai dokumen mengenai rencana
pembunuhan itu. (mad)