KDRT dan Pelecehan Seksual Anak Terus Meningkat di Aceh
Kasus kekerasan terhadap perempuan, khususnya di dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual terhadap anak
MEULABOH - Kasus kekerasan terhadap perempuan, khususnya di dalam rumah tangga (KDRT) dan pelecehan seksual terhadap anak, dilaporkan terus mengalami peningkatan di Aceh. Tak hanya itu, perilaku seks bebas di kalangan remaja juga masih tinggi.
“Berdasarkan data yang kami himpun dari seluruh kabupaten/kota di Aceh, jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga dan pelecehan seksual terhadap anak kini semakin meningkat,” kata Kepala Badan Permberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3A) Aceh, Dahlia MAg kepada Serambi, Selasa (6/5), di Meulaboh.
KDRT disebutkannya, pada tahun 2009 tercatat sebanyak 431 kasus, 2010 menjadi 766 kasus, dan 2011-2012 menjadi 1.956 kasus. “Tahun 2013 kita belum menerima data konkret karena masih dihimpun, tetapi diprediksikan semakin meningkat,” ucapnya.
Dikatakan, penyebab utama terjadinya kasus tersebut dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya persoalan ekonomi rumah tangga, selingkuh, kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki kaum perempuan, serta berbagai persoalan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Sementara terhadap kasus pelecehan seksual pada anak, dari 278 kasus di tahun 2009 meningkat menjadi 311 kasus di 2010, dan naik menjadi 468 kasus pada tahun 2011-2012. Tahun 2013 diprediksinya juga akan mengalami peningkatan.
Pelaku kejahatan sebut Dahlia, rata-rata merupakan orangterdekat korban seperti ayah kandung, paman, kakek, serta kerabat lainnya. Penyebabnya dipengaruhi berbagai faktor, di antaranya rendahnya pendidikan moral, agama serta dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi yang menyebabkan pelaku berhasrat untuk melakukan tindakan yang tidak terpuji itu.
Seks bebas
Sedangkan perilaku seks bebas, kata Dahlia, hingga kini masih terus terjadi merupakan momok yang amat menakutkan di kalangan remaja serta kalangan pelajar. Betapa tidak, seks bebas yang terjadi di kalangan usia produktif itu kini sudah dianggap menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.
Pasalnya, para pelaku seks bebas ini menganggap perbuatan yang dilarang dalam agam itu sudah menjadi trend. Namun sebagian pelakunya, terdorong oleh beberapa faktor, di antaranya terjepit oleh kondisi ekonomi untuk memiliki barang mewah seperti handphone dan sejenisnya, serta akibat pengaruh negatif dari perkembangan teknologi informasi (internet) yang semakin meningkat.
Karena itu, ia berharap kepada seluruh lapisan masyarakat di Aceh untuk terus berperan aktif guna mencegah kasus-kasus seperti ini. Karena apabila terus dibiarkan maka kondisi moral generasi muda akan semakin rusak dan dikhawatirkan akan berimbas di masa yang akan datang.(edi)