Advertorial
Harapan Baru di Waduk Tiro dan Rukoh
PERUSAKAN hutan dan perubahan iklim global yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir sudah memberikan
PERUSAKAN hutan dan perubahan iklim global yang terjadi dalam sepuluh tahun terakhir sudah memberikan dampak negatif terhadap berbagai daerah irigasi di Aceh. Salah satunya, Daerah Irigasi Baro Raya. Sepuluh tahun lalu, irigasi itu bisa mengairi 11.977 hektare sawah. Tapi, pada musim kemarau tahun ini hanya mampu mengaliri 6.147 hektare sawah. Artinya, dalam kurun 10 tahun kapasitas daya jangkau aliran air irigasi itu berkurang 5.803 hektare.
Dengan kata lain, 5.803 hektare sawah yang tidak dapat lagi dialiri air irigasi baru bisa ditanami padi jika musim hujan tiba. Jika tidak demikian, tanaman padi terancam kekeringan dan puso. Bencana kekeringan itu dalam 10 tahun terakhir sudah dialami petani padi dan palawija di Pidie.
Kondisi yang serupa juga dialami Daerah Irigasi Tiro. Sepuluh tahun lalu, irigasi ini mampu mengaliri 6.330 hektare sawah. Tapi, kini yang mampu dialiri hanya 2.643 hektare. Itu berarti bahwa, sisa areal sawah seluas 3.687 hektare, fungsinya sudah berubah dari sawah irigasi teknis menjadi sawah tadah hujan.
Masalah ini tidak mungkin terus dibiarkan pemerintah. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah cepat dan tepat untuk mengatasinya. Sebab, jika dibiarkan akan membawa bencana bagi ketahanan pangan di Aceh karena produksi gabah dan palawija serta jagung akan terus menurun.
Dampak penurunan produksi gabah dan palawija akan membuat ketahanan pangan daerah ini terganggu dan jumlah penduduk miskin akan terus bertambah. Penyebabnya, petani padi dan palawija yang biasanya bisa menanam padi dua kali dan palawija sekali dalam setahun, sekarang turun menjadi satu kali dalam setahun. Penurunan masa tanam itu akan memberi dampak menurun pendapatan petani. Jika itu terjadi, daya beli terhadap kebutuhan pangan lain juga akan menurun. Kalau itu yang terjadi, bakal banyak generasi baru dan anak balita di Pidie yang kurang gizi dan terserang berbagai penyakit akibat kebutuhan makanan empat sehat dan lima sempurna tak bisa dipenuhi oleh orang tuanya.
Untuk mengatasi ancaman itu, Pemerintah Zaini Abdullah-Muzakir Manaf (Zikir) sudah menyusun program pembangunan waduk Rukoh dan Tiro. Untuk Waduk Rukoh, bendungan airnya nanti akan dibangun di Desa Alue Dusun Blang Dalam, Kemukiman Teung Pudeung, Kecamatan Titue, Pidie dengan As Damnya pada Krueng Rukoh.
Untuk pembangunan waduk itu, menurut Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah, membutuhkan dana sekitar Rp 410 miliar. Biaya paling besar untuk membangun tubuh bendungannya mencapai Rp 239 miliar, bangunan pengelak Rp 90 miliar, bangunan pelimpah Rp 16 miliar, pekerjaan jalan Rp 15 miliar, bangunan listrik tenaga air Rp 6,8 miliar, dan pekerjaan persiapan Rp 2,8 miliar.
Manfaat dari waduk Rukoh itu, kata Gubernur, bisa kembali mengaliri sawah petani mencapai 11.950 hektare. Sebab, luas genangan yang mencapai 767,82 hektare itu bisa menampung air hujan mencapai 124,42 juta meter kubik.
Selain itu, dapat meningkatkan intensitas tanam padi dan palawija mencapai 300 persen, penyediaan iar baku 0,845 m3/detik, pengendali banjir, dan bisa menghasilkan arus listrik mencapai dua megawatt. Manfaat lain, lanjut Gubernur, lokasi tersebut bisa menjadi tempat iwisata.
Begitu juga dengan Waduk Tiro. Menurut Zaini, kalau waduk itu selesai dibangun, bisa mengaliri kembali sawah petani seluas 6.330 hektare. Intensitas tanaman menjadi 300 persen, penyediaa air baku, pengendali banjir, menghasilkan listrik dua MW, dan menjadi lokasi wisata.
Bendungan waduk Tiro akan dibangun di Desa Blang Ruku dan Panton Beunot, Kemukiman Blang Keudah, Kecamatan Tiro, Pidie dengan As dam bendungan pada Krueng Tiro.
Biaya pembangunan Waduk Tiro, sebut Gubernur, lebih besar lagi yaitu mencapai Rp 747,6 miliar. Penyebabnya, medan pekerjaan lebih sulit. Dana itu, sebutnya, antara lain digunakan untuk bangunan tubuh bendungan mencapai Rp 254,4 miliar, bangunan pelimpah Rp 262,8 miliar, bangunan pengelak Rp 141,6 miliar, pembangunan PLTA Rp 6,1 miliar, pekerjaan jalan Rp 10 miliar, dan pekerjaan jembatan Rp 1,6 miliar, persiapan Rp 2,8 miliar. “Luas genangan waduknya mencapai 383,32 hektare dengan daya tampung air 36,795 juta meter kubik,” pungkas Gubernur Zaini.(*)
Kunjungi juga :
www.serambinewstv.com | www.menatapaceh.com |
www.serambifm.com | www.prohaba.co |