Haji Uma Dukung Bioskop di Aceh

"Apabila dikhawatirkan terjadi perbuatan maksiat di bioskop, bikin studio yang berbeda serta terpisah antara laki-laki dan perempuan."

Editor: Amirullah
Ilustrasi 

SERAMBINEWS.COM,BANDA ACEH - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh, Sudirman, mendukung keberadaan bioskop di Aceh. Pernyataan tersebut disampaikan Sudirman saat pertemuan dengan pelaku pariwisata yang tergabung dalam Asosiasi Profesional Pariwisata Indonesia (Asppi) Aceh di Rasamala Hotel, Kamis (7/5/2015) malam.

Senator Aceh yang mengurusi pendidikan, sosial, agama, dan seni budaya, itu mengatakan, bioskop bukanlah hal tabu yang dapat mengundang maksiat. Akan tetapi, bisa menjadi sarana dakwah dan pengembangan pengetahuan yang bisa mendidik masyarakat.

"Kita melihat sekarang banyak film produksi sineas Indonesia sarat dengan muatan dakwah dan pendidikan. Seperti film 'Assalamualaikum Beijing, Ketika Cinta Bertasbih, Tujuh Cahaya di Langit Eropa'," ujar pria yang dikenal Haji Uma dalam film Eumpang Breueh tersebut.

Akan tetapi, menurut dia, harus ada klausul-klausul yang dipenuhi dalam pemutaran film pada bioskop di Aceh. Salah satunya, tak mengandung unsur pornografi yang dapat merusak akhlak masyarakat. Selain itu, film- film tersebut harus telah melalui badan sensor film sehingga tak bertentangan dengan budaya lokal.

"Apabila dikhawatirkan terjadi perbuatan maksiat di bioskop, bikin studio yang berbeda serta terpisah antara laki-laki dan perempuanm" ujarnya.

Selain itu, Haji Uma juga menyorot tentang kebijakan panggung hiburan di Aceh. Menurut dia, ada daerah yang membuat kebijakan sendiri tentang larangan diselenggarakan hiburan berupa nyanyi dan tari pada malam hari. Padahal, seni yang dipertunjukkan, bisa meningkatkan kekuatan budaya Aceh.

Menurut Sudirman, kebijakan tersebut akan menyebabkan seni dan budaya lokal tergerus dengan budaya luar yang dipelajari melalui televisi serta media sosial yang bisa diakses bebas. Untuk itu, Sudirman menegaskan, diperlukan payung hukum yang kuat untuk pengembangan pariwisata dan seni budaya di Aceh, sehingga tak terjadi regulasi yang multitafsir dari masing-masing pihak.(aza)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved