Buku Anak Aceh Menaklukkan Eropa Diluncurkan di Gramedia
Lahir di Blang Paseh, Sigli, 1951. Hasrat merantau membuncah-buncah dakam dada remaja Alijullah. Hasrat itu akhirnya terwujud.
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Amirullah
Laporan Fikar W. Eda | Jakarta
SERAMBINEWS. COM, JAKARTA - Buku berisi kisah perjuangan hidup anak Blang Paseh, Sigli, Alijullah Hasan Yusuf, menaklukkan Eropa, diluncurkan di Toko Buku Gramedia, Mal Grand Indonesia, Sabtu (17/10/2015). Buku tersebut berjudul "Penumpang Gelap, ke Eropa tanpa Uang, " diterbitkan Penerbit Buku Kompas.
Diantarkan dengan baik oleh wartawan senior Kompas, Budiarto Shambazy dan dipandu Mulyawan Karim. Buku setebal 320 halaman itu memuat perjalanan panjang seorang anak muda kampung dari Aceh, mewujudkan impiannya.
Dihadiri lebih dari 150 audien, antara lain mantan Gubernur Aceh Prof Syamsuddin Mahmud, anggota DPRA Teuku Iskandar Daoed, Ketua Perwakilan Aceh di Jakarta, alumni Perancis, dsn sejumlah staf KBRI Paris, serta komunite Nias, komunite Aceh dan penyuka buku. Dua karangan bunga dikirimkan masing-masing oleh Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dan Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah.
Buku tersebut menurut cerita Alijullah, telah ditulisnya sejak lebih 30 tahun silam. Setelah mendapat dorongan dari banyak pihak, termasuk Proklamator Muhammad Hatta, Dubes RI untuk Amerika T. Syarief Thaib dan lain-lain.
Alijullah menjejakkan kaki di Eropa pada 1967 setelah melalui peristiwa dramatis sebagai "penumpang gelap." Ia lalu diterima bekerja sebagai staf di KBRI Paris. Di sanalah ia berkenalan dengan banyak petinggi dan tokoh penting Indonesia, termasuk Bung Hatta dan Dewi Soekarno. Ketika itu Alijullah bertugas sebagai sopir kedutaan.
Kisah perjalanan Alijullah menembus Eropa menjadi buah bibir masyarakat Indonesia di Paris. Banyak yang terkagum-kagum dan bersimpati. Lalu disarankan untuk menulisnya sendiri dalam bentuk buku, yang kelak menjadi spirit bagi perjuangan anak bangsa lainnya.
Cerita buku diawali di sebuah cafe de la Paix, pada musim gugur 1972, di jantung kota Paris. Perbincangan kopi pagi antara Alijullah dan Dubes RI Syarief Thaib yang meneguhkan semangat untuk menuliskan kisahnya. Semangat serupa dialirkan Proklamator Bung Hatta saat mengetahui kisah Alijullah dalam suatu kesempatan singgah di Paris. Alijullah gembira bisa menyalami sang Proklamator.
Merwan Yusuf, anak Keudah Banda Aceh yang juga pernah menjadi diaspora Aceh di Prancis, menyebut kisah perjuangan Alijullah sebagai sesuatu yang luar biasa. "Beliau adalah 'geuchik' Aceh di Paris, " kata Merwan Yusuf menceritakan kenangannya dengan Alijullah. Merwan sendiri masuk Paris 1980 melalui perjalanan yang juga tidak kalah dramatisnya.
"Mudah-mudahan ada sesuatu yang bisa dipetik dari lembar buku ini, " harap Alijullah yang sebentar lagi akan resmi pesiun dari KBRI Paris.
Lahir di Blang Paseh, Sigli, 1951. Hasrat merantau membuncah-buncah dakam dada remaja Alijullah. Hasrat itu akhirnya terwujud, saat berkesempatan mengantarkan seorang anggota famili ke Makassar.
Sejaka keberangkatan itu, ia tak pernah lagi kembali. Ia menetap di Jakarta, melanjutkan sekolah menengah dan menjadi penjual koran. Menjadi demonstran dan memupuk impian terbang ke Eropa. (*)