Yusny Saby, dari Bugak ke Philadelphia

YUSNY SABY memang beruntung. Kerja kerasnya dalam menuntut ilmu telah mengantar lelaki

Editor: bakri
Prof Yusny Saby, menyerahkan buku Sang Motivator kepada sejumlah peserta yang hadir pada peluncuran dan bedah buku di Ruang VIP AAC Dayan Dawood, Unysiah, Banda Aceh, Selasa (30/8).SERAMBI/ARIF RAMDAN 

Januari 1984, mimpi Yusny Saby terwujud. Ia terbang ke Amerika Serikat untuk belajar di Temple University. Di sinilah kali pertama Yusny Saby mendapatkan guru-guru yang luar biasa.

YUSNY SABY memang beruntung. Kerja kerasnya dalam menuntut ilmu telah mengantar lelaki kelahiran Gampong Bugak, Keresidenan Bireuen, ini ke Temple University, Philadelphia, Amerika Serikat.

Tak mudah meraih kesempatan seperti itu, apalagi saat itu Yusny masih pegawai biasa yang gajinya tak mungkin cukup untuk biaya belajar ke luar negeri.

Yusny Saby pernah diajak meneruskan kuliah di Mesir oleh Syeikh Abu Rayya Ismail Ghanim ketika berkunjung ke Aceh. Namun, Prof Ismuha tidak mengizinkan Yusny belajar ke luar karena ia enggan kehilangan Yusny yang saat itu menjadi asistennya di kampus. Yusny tetap bekerja di kampus dan semasa Ramli Maha menjabat rektor, kesempatan kuliah ke luar negeri mulai terbuka.

Ramli Maha punya andil besar mengantarkan Yusny untuk belajar ke luar negeri. Bahkan, untuk biaya kursus bahasa Inggris, Ramli Maha memberikannya secara cuma-cuma kepada Yusny Saby.

Kegigihannya belajar bahasa Inggris membuahkan hasil. Tahun 1982 Yusny Saby ikut test TOEFL dan ia berhasil meraih nilai 520, skor terbesar dan spektakuler saat itu. Darussalam geger dengan raihan yang dicapai Yusny pada test TOEFL tersebut.

Kisah di atas, hanya sepenggal sukses dari sekian banyak teladan yang dapat dibaca pada buku Yusny Saby “Sang Motivator”. Diluncurkan Selasa (30/8) kemarin di Ruang VIP Gedung AAC Dayan Dawood, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, beragam testimoni tercurah dari banyak kalangan yang mendapat kesempatan bicara saat peluncuran buku setebal 449 halaman itu.

Sosok dan buku Yusny Saby diulas oleh Izziyah Ibrahim Husein PhD (Dosen Unsyiah), Dr Hizir Sofyan (Wakil Rektor I Unsyiah), Fairus M Nur (Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Ar-Raniry), dan Reza Idria, kandidat doktor Harvard University. Launching buku itu dipandu Dr Kamaruzzaman Bustamam-Ahmad, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry.

Yusny Saby adalah mahasiswa Aceh pertama yang menjadi anak didik langsung dari Ismail Raji al-Faruqi. Bahkan, ia satu-satunya mahasiswa yang langsung direkom al-Faruqi untuk meneruskan pendidikan di Temple University, Philadelphia.

Anak Toke Saby bin Pang Dalam ini satu-satunya orang Aceh saat itu yang menimba ilmu dari cendekia muslim, ulama berpengaruh di dunia seperti seperti Seyyed Hosein Nasr (Iran) Mudathir Abd Al Rahim (Sudan), Muhammad Arkoun (Aljazair), Mohmod Ayyub (Lebanon), dan Khalid Yahya Blankinship (Amerika).

Ismail Raji al-Faruqi adalah cendekiawan muslim kelahiran Palestina yang besar di Amerika. Al-Faruqi adalah penggagas kebangkitan Islam di Amerika. Ia juga penggagas islamisasi pengetahuan.

Di negeri itu pula Yusny menjadi salah satu penerang bagi kehausan para pencari kebenaran. Dari kepiawaiannya berdakwah, banyak mahasiswa di Amerika memeluk Islam. Terutama warga kulit hitam bekas narapidana di sejumlah penjara di Philadelphia.

Selama lima tahun mantan rektor IAIN Ar-Raniry ini dipercaya sebagai imam tetap Masjid Mekkah Philadelphia, Amerika.

“Mengislamkan warga kulit hitam di Philadelphia adalah jasa Pak Yusny yang tiada tara. Tidak hanya itu, ia juga menikahkan para mualaf dan mengajari mereka tentang Islam. Pak Yusny berdakwah dari penjara ke penjara,” kata Suraiya IT yang juga jebolan Temple University.

Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry ini tahu persis, bagaimana kiprah Yusny mengislamkan banyak warga kulit hitam di negara adikuasa itu.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved