Breaking News

Opini

Pemberdayaan Masyarakat dalam Visi-Misi Cagub Aceh

KOMISI Independen Pemilihan (KIP) Aceh, melalui Rapat Pleno yang berlangsung di Banda Aceh

Editor: bakri

Oleh Nasrulzaman

KOMISI Independen Pemilihan (KIP) Aceh, melalui Rapat Pleno yang berlangsung di Banda Aceh pada Senin (24/10/2016), menetapkan enam pasangan calon Gubernur/Wakil Gubernur Aceh untuk Pilkada 2017. Keenam pasangan calon tersebut adalah Irwandi Yusuf-Nova Iriansyah, Zaini Abdullah-Nasaruddin, Zakaria Saman-T Alaidinsyah, Muzakir Manaf-TA Khalid, Tarmizi A Karim-Machsalmina, dan Abdullah Puteh-Sayed Mustafa Usab (aceh.tribunnews.com, 24/10/2016).

Dari enam pasangan calon yang sudah ditetapkan untuk dipilih pada Pilkada 2017 nanti, satu di antaranya akan terpilih dan ditetapkan sebagai Gubernur/Wakil Gubernur Aceh periode 2017-2022 mendatang. Kemudian, tentunya, mengingat begitu pentingnya upaya pemberdayaan masyarakat ke depan (red.), maka ada baiknya kita mencoba membedah visi dan misi para kandidat tersebut dari pespektif pemberdayaan masyarakat.

Visi dan misi calon gubernur/wakil gubernur merupakan serangkaian upaya para kandidat untuk melakukan pembangunan masyarakat jika mereka terpilih nantinya. Hal ini penting untuk melihat bagaimana pendekatan setiap calon pemimpin Aceh tersebut dalam memposisikan masyarakat yang akan dipimpin, apakah menggunakan pendekatan yang biasa (as usual) atau dengan pendekatan baru (new method). Pembangunan masyarakat sejatinya merupakan serangkaian aktivitas yang memberdayakan masyarakat itu sendiri.

Dalam konteks pemberdayaan, maka memberdayakan atau membangun masyarakat itu didefenisikan sebagai upaya yang membuat masyarakat tersebut mampu menyelesaikan persoalan-persoalan pembangunan mereka sendiri dengan cara dan metode yang mereka pilih. Dalam hal ini sering kali disebut masyarakat telah diperlakukan sebagai subjek pembangunan dan menggeser paradigma pembangunan masa lalu yang mempersepsikan masyarakat selalu sebagai objek pembangunan.

Sisi pemberdayaan
Dari sisi pemberdayaan atau pembangunan masyarakat maka visi dan misi yang menggunakan frasa kata mendorong, bersama dengan, membantu, bekerja sama, melibatkan, merupakan beberapa contoh frasa kata yang menunjukkan visi dan misi tersebut telah memposisikan masyarakat sebagai subjek pembangunan dan meletakkan pemerintah menjadi supporting system dari setiap upaya pembangunan masyarakat.

Beberapa frasa kata tersebut dan kata awal lainnya dicoba lihat pada visi misi paslon Tarmizi-Machsalmina yang memiliki 1 visi dan 8 misi. Pada awal kalimat setiap misinya menggunakan frasa “mengembangkan, mewujudkan, meningkatkan, memelihara, memperkuat dan menghidupkan” dan ini menunjukkan bahwa pasangan calon ini tetap memposisikan masyarakat sebagai objek pembangunan dan pemerintah sebagai hero pada setiap pembangunan tersebut.

Hanya terdapat satu frasa “memperkuat” yang menunjukkan pengakuan terhadap upaya pembagunan masyarakat yang sebelumnya telah dilakukan oleh masyarakat sendiri. Sayangnya frasa “memperkuat” digunakan pada kalimat “memperkuat perlindungan lingkungan hidup” yang dalam perspektif lain menyiratkan masyarakat merupakan bagian dari pihak yang tidak melindungi lingkungan hidup itu sendiri (kontradiktif).

Pada paslon Zaini-Nasaruddin memiliki 1 visi dan 7 misi. Visi misinya di awal kalimat menggunakan frase “mewujudkan, meningkatkan, menumbuhkembangkan, penguatan dan optimalisasi”. Dilihat dari konsep pemberdayaan masyarakat, terdapat dua frasa “menumbuh kembangkan yang menunjukkan pemerintah berperan supporting system pembangunan masyarakat dan frasa penguatan yang berarti memperkuat apa yang telah ada di masyarakat”.

Namun disayangkan frasa “menumbuh-kembangkan” tidak dalam bingkai upaya yang mampu dilakukan masyarakat karena berkaitan dengan iklim investasi. Sementara frase optimalisasi tidak bisa kita gunakan karena kalimat sesudahnya berupa kebijakan atau peraturan yang kewenangannya ada pada pemerintah. Pasangan calon ini belum cukup kuat dan meyakinkan kalau pada rencana kepemimpinannya akan memposisikan dan membuka ruang lebih besar dalam keterlibatan masyarakat dalam pembangunan masyarakat.

Pada paslon Zakaria-Alaidinsyah memiliki 1 visi dan 5 misi.Visi misinya di awal kalimat menggunakan frase “membangun, meningkatkan, mewujudkan, mengokohkan”, maka jika dilihat dari perspektif pemberdayaan masyarakat hanya frase mengokohkan (membuat kokoh) yang bisa dilihat keberpihakannya pada kondisi masyarakat, sedangkan frase “meningkatkan” tidak bisa kita golongkan pada keberpihakan untuk pemberdayaan masyarakat karena digunakan untuk kondisi pemerintah dan kinerjanya. Oleh karena itu, pasangan calon ini juga belum menempatkan masyarakat yang akan dipimpin sebagai aktor utama dalam upaya dan rencana pembangunannya.

Paslon Irwandi-Nova memiliki 1 visi dan 9 misi. Visi misinya di awal kalimat menggunakan frasa “memperkuat, menjaga, membangun, memastikan, menjamin, menyediakan, melindungi, reformasi dan revitalisasi”, serangkaian frasa tersebut jika dikaitkan dengan semangat pemberdayaan maka hanya frasa “membangun” yang menunjukkan masyarakat sebagai objek pembangunan, sedangkan frasa “reformasi birokrasi dan revitalisasi” tidak bisa kita kaitkan dengan pemberdayaan masyarakat karena hal tersebut berkaitan dengan domain pemerintah.

Selanjutnya kalimat pada pernyataan misi-misi yang lain paslon Irwandi-Nova secara umum telah memposisikan masyarakat sebagai subjek pembangunan atau telah menyadari bahwa penyelesaian masalah pembangunan masyarakat harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri sedangkan pemerintah menjadi fasilitator, dinamisator dan koordinator.

Membangun masyarakat
Pada paslon Abdullah-Sayed memiliki 1 visi dan 3 misi. Pada awal kalimat utama visi misinya menggunakan “mewujudkan, mengoptimalkan, memperhatikan, dipandu (memandu)”. Kesemua kalimat yang menjelaskan serangkaian aktivitas yang akan dilakukan dalam membangun masyarakat Aceh jika terpilih belum dapat kita golongkan dalam upaya memberdayakan masyarakat kecuali kata “memperhatikan” pembangunan wilayah Barat-Selatan Aceh. Sayangnya kalimat tersebut bukan kalimat aktif melainkan kalimat pasif yang berupa pernyataan. Akibatnya, semangat pasangan calon ini dalam misinya membangun Aceh ke depan masih tetap memposisikan masyarakat sebagai kelompok yang lemah, kurang pengetahuan dan tidak berdaya.

Yang terakhir kita lihat adalah pasangan calon Muzakir-Khalid yang memiliki 1 visi dan 11 misi. Pasangan ini merupakan pasangan yang paling banyak memiliki misinya dalam rencana membangun Aceh ke depan. Pada awal kalimat visi misinya, terdapat kata kunci “mewujudkan, memperkuat, mempercepat, meningkatkan, mengembangkan, menciptakan, meningkatkan, menjaga”. Frasa awal kalimat yang ada tersebut secara umum masih memposisikan masyarakat Aceh sebagai objek pembangunan dan pemerintah pada posisi yang cukup kuat dan juga belum menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan seperti yang diharapkan.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved