Kapal yang Membawa Pengungsi Rohingya Tenggelam, 19 Orang Meninggal Dunia

Mengutip seorang polisi di kantor Tekhanf, Main Uddin Khan, koran itu melaporkan pihak berwenang menemukan jasad 10 anak-anak dan 9 perempuan

Editor: Zaenal
AFP Photo/Stringer
Warga Rohingya terpaksa melarikan diri dari desa-desa mereka akibat pertempuran antara kelompok perlawanan Rohingya dan militer Myanmar. 

SERAMBINEWS.COM - Setidaknya 19 orang tewas setelah kapal yang membawa warga Myanmar etnis Rohingya terbalik di perairan Bangladesh Kamis (31/8/2017) dini hari, lapor media setempat.

Kantor Berita Turki, Anadolu Agency memberitakan, insiden itu terjadi pada pengungsi yang mencoba mencapai distrik Cox's Bazar di tenggara Bangladesh setelah melarikan diri dari kekerasan di negara bagian Rakhine di Myanmar, tulis media cetak Daily Star.

Mengutip seorang polisi di kantor Tekhanf, Main Uddin Khan, koran itu melaporkan pihak berwenang menemukan jasad 10 anak-anak dan 9 perempuan, namun belum diketahui identitas mereka.

(Baca: Di Padang Arafah, JCH Aceh Terisak Doakan Nasib Kaum Muslim Rohingya)

Belum jelas berapa penumpang yang berada dalam kapal itu namun sebuah sumber lokal mengatakan pada Anadolu Agency diperkirakan 25 orang sudah diselamatkan dan 7 hingga 9 lainnya masih hilang.

"Beberapa kapal lain membawa ratusan orang Rohingya tiba di pantai Bangladesh pada Rabu malam," kata sumber itu.

Kekerasan terjadi di Rakhine, Myanmar pada 25 Agustus ketika pasukan militer menyerang komunitas Muslim Rohingya disana. Para warga etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh walaupun negara itu kemudian menutup perbatasan mereka bagi pengungsi.

(Baca: Mengenal Attaullah, Pemimpin Gerakan Arakan yang Membela Muslim Rohingya)

Lebih dari 10.000 orang Rohingya, kebanyakan perempuan, anak-anak dan lansia, menunggu di perbatasan berharap diperbolehkan masuk ke wilayah Bangaldesh, lapor media setempat yang mengutip pernyataan penjaga perbatasan.

Sementara itu, 10.000 orang lainnya sudah masuk ke Bangladesh melalui beberapa titik di sepanjang perbatasan sepanjang 274 kilometer itu, menurut Daily Star.

Kekerasan di pos-pos perbatasan di negara bagian Rakhine meruak pada Jumat lalu.

Laporan media muncul kemudian mengatakan pasukan Myanmar menggunakan kekerasan berlebih dan mengusir ribuan warga desa beretnis Rohingya, merusak rumah mereka dengan mortir dan senjata api.

Wilayah itu mengalami gejolak antara komunitas Buddhis dan Muslim setelah kekerasan komunal merebak pada 2012.

Peningkatan keamanan dilakukan pada Oktober tahun lalu di Maungdao, dimana penduduknya merupakan mayoritas etnis Rohingya, berujung pada laporan PBB mengenai pelanggaran HAM oleh pihak keamanan.

Laporan PBB itu menyatakan adanya pemerkosaan massal, pembunuhan - termasuk bayi dan anak-anak - tindakan kekerasan brutal dan penghilangan orang.

Representatif  Rohingya mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam kejadian itu.(aa.com.tr)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved