Terlibat Kekerasan Terhadap Rohingya, Amerika Serikat Tarik Bantuan Militer dari Myanmar

pemerintah AS tidak akan mengizinkan unit-unit militer yang terlibat dalam operasi di Rakhine menerima bantuan dari AS.

Editor: Faisal Zamzami
AP/Thein Zaw
Polisi Myanmar berpatroli di perbatasan antara Myanmar dan Banglades. Foto ini diambil pada Oktober 2016 di Maungdaw, Negara Bagian Rakhine, Myanmar. 

SERAMBINEWS.COM, WASHINGTON DC - Pemerintah Amerika Serikatmengumumkan segera menghentikan bantuan militernya untukMyanmar, yang diketahui terlibat dalam kekerasan terhadap etnisRohingya.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Heather Nauert mengatakan, pemerintah  AS tidak akan mengizinkan unit-unit militer yang terlibat dalam operasi di Rakhine menerima bantuan dari AS.

Seperti dilansir FP, Selasa (24/10/2017) AS juga membatalkan undangan kepada para perwira militer senior Myanmar untuk hadir dalam acara yang disponsori pemerintahan Presiden Donald Trump.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson mengatakan, AS menganggap kepemimpinan militer Myanmar bertanggungjawab atas kekejaman terhadap etnis minorigas Rohingya.

(Baca: Lagi! Perahu Warga Rohingya Tenggelam di Sungai Naf, 5 Tewas, Puluhan Hilang)

Dalam laporan Associated Press beberapa waktu lalu, para pejabat AS juga memberikan rekomendasi kepada Tillerson agar perlakuan terhadap etnis Rohingya disebut sebagai aksi "pembersihan etnis".

Langkah itu akan meningkatkan tekanan pada pemerintahan Presiden Trump untuk memberikan sanksi kepada Myanmar.

"Kami mengungkapkan keprihatinan yang mendalam atas apa yang terjadi di Rakhine, Myanmar. Atas tindak kekerasan, penganiayaan yang dirasakan masyarakat Rohingya dan lainnya,” tulis Kementerian Luar Negeri AS dalam pernyataan resminya, Senin (23/10/2017).

(Baca: Krisis Rohingya, Uni Eropa Ancam Ajukan Embargo Senjata untuk Myanmar)

Di sisi lain, para ahli menilai aksi penarikan bantuan militer AS dari Myanmar hanya akan berdampak secara terbatas dan bisa menjadi kontraproduktif.

Sebanyak 600.000 orang warga etnis Rohingya meninggalkan Myanmar sejak akhir Agustus lalu, ketika serangan gerilyawan memicu respon tegas dari pihak militer.

Mereka yang melarikan diri ke pengungsian menuduh pasukan keamanan Myanmar telah melakukan pembakaran, pembunuhan dan pemerkosaan.(Foreign Policy)

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved