Luar Negeri
Apa Isi Pembicaraan Dua Pemimpin Korea? Ini Analisis Pembaca Gerak Bibir, Ada Kata Trump dan Nuklir
Berkat seorang pembaca gerak bibir asal Korea Selatan kini bisa diperkirakan apa inti pembicaraan kedua pemimpin Korea itu.
SERAMBINEWS.COM, TOKYO - Apa sebenarnya yang dibicarakan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dalam momen bersejarah pada Jumat (27/4/2018)?
Saat itu Kim Jong Un menjadi pemimpin Korut pertama yang berkunjung ke Korsel sejak gencatan senjata Perang Korea 1953.
Tak ada yang tahu pasti apa yang dibicarakan kedua pemimpin itu.
Namun, berkat seorang pembaca gerak bibir asal Korea Selatan kini bisa diperkirakan apa inti pembicaraan kedua pemimpin Korea itu.
(Baca: 4 Fakta Punggye-ri, Situs Uji Coba Nuklir Korea Utara yang Misterius, Nomor 4 Risiko Radiasi)
(Baca: Jangan Mudah Tergiur Harga Racun Kalajengking, Begini Nasib Tragis Polisi dan Wanita Ini Dulu)
Nampaknya, Kim Jung Un dan Moon Jae-in menghabiskan waktu cukup banyak untuk membicarakan Presiden AS Donald Trump dan persenjataan nuklir.
Stasiun televisi Jepang NTV menghadirkan seorang pembaca gerak bibir asal Korea Selatan untuk menganalisis pembicaraan kedua pemimpin itu saat berjalan bersama di jalan setapak berpagar biru dan kemudian duduk di taman yang terletak di ujung jalan itu.

Kamera televisi memang mengabadikan momen itu, tetapi terlalu jauh untuk dapat menangkap pembicaraan keduanya.
"Amat sulit itu memahami seluruh pembicaraan, tetapi beberapa kata kunci seperti fasilitas nuklir, Trump, Amerika Serikat, dan PBB muncul," kata presenter acara Sukkiri di stasiun televisi NTV.
(Baca: Debat Terbuka antara Rizal Ramli dan Sri Mulyani Ditunda, Ini Alasannya)
Sang pembaca gerak bibir memang telah memperingatkan, amat sulit untuk memperkirakan pembicaraan keduanya dari jarak yang cukup jauh dan sudut yang kurang memadai.
Presiden Moon menggumamkan kata "fasilitas nuklir" dan "Trump".
Sementara, Kim Jong Un menyebut "Amerika Serikat" dan "PBB".
Atzuhiro Isozaki, pakar Korea Utara di Universitas Keio Jepang menyebut, dalam pembicaraan itu Kim Jong Un lebih banyak menjadi pendengar.