Kebijakan Donald Trump Berlakukan Tarif Impor, 5 Negara Ini Paling Terdampak Perang Dagang AS
Negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti Turki dan China pun harus membayar ongkos yang lebih mahal untuk bisa mengekspor produk mereka ke AS.
SERAMBINEWS.COM, LONDON — Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan tarif impor kepada para mitra dagangnya mengakibatkan gucangan di pasar global.
Negara-negara dengan ekonomi berkembang seperti Turki dan China pun harus membayar ongkos yang lebih mahal untuk bisa mengekspor produk mereka ke AS.
Tak hanya itu, Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, pun memasang tingkat bunga yang besarnya empat kali lipat dalam waktu dua tahun belakangan.
Negara-negara dengan utang dollar AS yang cukup besar untuk membiayai pertumbuhan atau pembangunan pun harus membayar harga yang lebih mahal untuk bunga.
Salah satu yang terkena dampak Trump ini adalah Argentina sehingga negara asal pesepak bola Lionel Messi ini pun harus meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasioal (IMF).
Berikut ini beberapa negara lain yang paling terkena dampak kebijakan tarif AS:
1. Turki
Penangkapan Andrew Brunson, pendeta AS yang berbasis di wiliaha Izmir Turki, menyulut Trump dan menyebabkan kedua negara terlibat dalam aksi saling balas dalam perdagangan.
Trump menuduh Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melanggar hak asasi manusia.
Namun, bukannya melakukan pendeaktan secara diplomatik, pihaknya menerapkan tarif impor yang lebih tinggi terhadap produk ekspor Tukri berupa baja, aluminium, serta mobil.
Erdogan pun membalas dengan mengenakan bea impor yang lebih besar untuk produk alkohol, mobil, serta tembakau asal AS.
Menteri Keuangan AS Stve Mnuchin pun mengatakan telah mempersiapkan sanksi lanjutan untuk Turki.
Turki pun saat ini berada dalam kondisi yang rentan.
Berbagai bisnis Turki yang berkembang pesat dalam 10 tahun terakhir sebagian besar dibiayai oleh kredit yang murah. Sementara saat ini, bunga kredit begitu mahal.
Lira Turki pun telah anjlok 40 persen sejak Januari lalu, investor pun berpendapat Turki dalam waktu dekat akan mengajukan pertolongan kepada IMF.