SPDN Susoh 10 Hari tanpa Solar

Stok solar bersubsidi di Solar Paket Dialer untuk Nelayan (SPDN) yang dikelola Koperasi Perikanan Rehabilitation

Editor: bakri
Ratusan jeriken antre di SPDN (Solar Paket Dialer untuk Nelayan) Koperasi Perikanan Rehabilitation and Empowermant of South West Coast of Aceh (Koperkan REFCA) Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Abdya sampai Minggu (30/9/2018). Kuota solar sebanyak 80 ton (5 mobil tangki) yang diberikan Pertamina sudah habis sejak 19 September lalu. SERAMBI/ZAINUN YUSUF 

* Ratusan Nelayan Kelimpungan

BLANGPIDIE - Stok solar bersubsidi di Solar Paket Dialer untuk Nelayan (SPDN) yang dikelola Koperasi Perikanan Rehabilitation and Empowermant of South West Coast of Aceh (Koperkan REFCA) Ujong Serangga, Kecamatan Susoh, Aceh Barat Daya (Abdya), sudah sepuluh hari kosong. Kondisi ini dinilai sangat meresahkan masyarakat nelayan karena persediaan solar juga langka di sejumlah SPBU lainnya.

Pengelola SPDN Koperkan REFCA Ujong Serangga, Ermizal dihubungi Serambi, Minggu (30/9) kemarin menjelaskan, kuota solar untuk September sebanyak 80 ton atau 80.000 liter sudah habis sejak 19 September lalu.

“Sekitar 10 hari terakhir kita tak punya persediaan solar,” katanya. Dijelaskan, Pertamina menyediakan kuota sebanyak 80 ton solar (5 mobil tangki) untuk SPDN Koperkan REFCA Ujong Serangga selama satu bulan. Solar bersubsidi tersebut diperuntukkan untuk sekitar 200 unit boat ukuran 30 GT (gross tonase) ke bawah. Boat tersebut berasal dari Kecamatan Susoh, Tangan-Tangan, Setia dan Manggeng. Selain itu untuk kebutuhan boat bagan apung dalam jumlah lumayan besar.

“SPDN Koperkan REFCA Ujong Serangga khusus melayani kebutuhan solar boat nelayan, tak boleh untuk yang lainnya,” ungkap Ermisal. Tapi, kuota sebanyak 80 ton solar per bulan yang diberikan Pertamina, tidak mampu melayani kebutuhan solar boat ikan se-Kabupaten Abdya. “Idealnya diberikan kuota sebanyak 8 mobil tangki (128 ton) solar bersubsidi untuk satu bulan,” kata Ermisal.

Karenanya, diminta kepada Pertamina Unit Pemasaran I Banda Aceh agar menambah kuota solar SPDN Koperkan Ujong Serangga Susoh dari 5 mobil tangki menjadi 8 mobil tangki (128 ton) untuk satu bulan. Kuota sebanyak 128 ton solar per bulan cukup untuk kebutuhan 200 unit boat pukat, boat pancing, dan bagan apung dari Kecamatan Susoh, Setia, Tangan-Tangan dan Manggeng.

“Bila kuota tak ditambah, maka ratusan boat nelayan sulit mendapat solar bersubsidi karena persediaan solar di SPDN Ujong Serangga cepat habis,” kata Ermisal. Dampak kosongnya stok solar bersubsidi di SPDN Koperkan Ujong Serangga, Susoh selama 10 hari terakhir, puluhan boat pukat, boat pancing, dan bagan apung mengalami krisis solar. Malahan, ada sejumlah boat tidak beroperasi.

Ermizal juga mengatakan, kuota sebanyak 80 ton solar bersubsidi untuk Oktober ditebus mulai Senin (1/10). “Kuota solar bulan Oktiber kita tebus besok (hari ini), namun solar tiba di SPDN Ujong Serangga, Susoh, Selasa (besok),” katanya.

Sementara itu Dewan Pimpinan Cabang Organisasi Angkutan Darat Kabupaten Aceh Barat Daya (DPC Organda Abdya) meminta Pertamina segera menambah kuota Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar di kabupaten setempat. Ketua DPC Organda Abdya Safriadi mengatakan kelangkaan BBM jenis solar di Abdya sangat meresahkan para sopir dan masyarakat setempat, sehingga perlu penanganan serius dari pemerintah. “Kami berharap kepada pemerintah khususnya Pertamina, untuk merespons keluhan kami,” ujar Ketua

Ketua DPC Organda Abdya Safriadi. Menurutnya, jika tidak ada respons dari pemerintah terkait kelangkaan BBM jenis solar itu, maka pihaknya bersama sejumlah Organda lainnya akan mendatangi langsung Pertamina. “Ini bukan ancaman, tapi begitulah faktanya, karena akibat kelangkaan solar ini, banyak para sopir rugi, karena mobilnya tidak beroperasi,” ungkapnya.

Sebelum hal tersebut terjadi, katanya, maka pemerintah dan Pertamina harus turun tangan, dan bisa menambah kuota solar di Abdya, guna kelancaran pembangunan dan perekonomian.

“Untuk itu, kami meminta Pertamina harus menjamin solar untuk angkutan umum, sehingga bisa beroperasi tanpa adanya terkendala dengan minyak solar,” katanya. Ia menilai kelangkaan BBM subsidi tersebut diduga karena adanya pihak yang bermain, bahkan dipicu akibat banyak masyarakat membeli solar menggunakan jeriken.

“Pembelian pakai jeriken ini, juga menjadi faktor, kelangkaan dan antrean panjang di SPBU. Untuk itu, perlu penanganan serius dari Pertamina dalam mengawasi solar ini, sehingga tepat sasaran, benar-benar dinikmati rakyat,” sebutnya.(nun/c50)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved