Terisolasi dari Dunia Luar, Suku Zoe Justru Jadi Suku Paling Bahagia di Dunia

Walau hidup di hutan belantara Amazon yang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan

Editor: Fatimah
snn.bz
Suku zoe 

SERAMBINEWS.COM - Mungkin kebanyakan orang akan berpikir bahwa mereka tak sanggup untuk tinggal di daerah terisolasi yang hampir tidak mendapatkan akses ke dunia luar.

Namun, beberapa suku yang masih bertahan dengan gaya hidup tradisional mereka nyatanya masih bisa bertahan, bahkan mereka bahagia dengan kehidupan mereka.

Bisa jadi suku Zoe adalah salah satu contoh suku yang memahami betul arti dari kebahagiaan.

Tersembunyi jauh dari kemajuan yang mengancam budaya leluhur mereka, suku Zoe tidak memakai alas kaki.

Baca: Peneliti Australia Ungkap Isi Dokumen yang Menyebut Indonesia Pernah Berencana Membom Timor Timur

Sentuhan dan interaksi mereka dengan Bumi seakan tergambar dari hal ini.

Dalam keseharian, mereka hidup dengan tenang dan damai.

Berbeda dengan gambaran kehidupan sosial saat ini, terutama ketika mulai tercampur dengan urusan politik.

Mereka selalu bersama dan jauh dari individualisme.

Baca: Belasan Desa di Aceh Singkil Terendam Banjir, Warga Buat Jembatan Darurat dari Rumah ke Jalan

Bahkan kehidupan mereka yang berlangsung di tengah lingkungan keras dan tidak bersahabat, tidak membuat mereka menjadi seorang yang keras.

Mereka bahkan berhasil membangun kehidupan yang tenang.

Tidak heran bila mereka mendapat predikat sebagai suku yang paling bahagia dan damai.

Mereka juga dikenal dengan keramahan dan perilaku yang menunjukkan kasih sayang.

Baca: Kisah Yuli Sumpil, Suporter Arema yang Kini Dikenakan Sanksi Seumur Hidup Tak Boleh Masuk Stadion

Hal ini terlihat dari perilaku mereka yang rutin menyentuh dan membelai sebagai rasa hormat dan cinta.

Suku Zoe hidup di dalam hutan amazon, Brasil, di antara tepi sungai erepecuru cuminapanema.

Rumah mereka terbuat dari kayu besar dan atap yang terbuat dari jerami serta dedaunan besar.

Satu keluarga yang tinggal di dalam rumah tersebut berbagai fasilitas, seperti kasur gantung yang terbuat dari serat yang di buat oleh para wanita.

Baca: Ancam Akan Mundur dari Ajang Gulat MMA, Khabib Nurmagomedov Buat Surat Terbuka untuk UFC

Ketika berburu, mereka akan melakukannya secara sendiri-sendiri.

Namun bila sumber makanan mereka ini tersedia banyak—monyet, ikan, atau burung—mereka akan berburu secara berkelompok.

Tujuannya adalah agar proses berburu menjadi lebih mudah.

Baca: Kisah Penumpang Taksi Online di China, Tak Sengaja Minum Air Kencing si Sopir

Suku Zoe memakai sepotong kayu berbentuk kerucut yang dipasang menembus bawah bibir mereka.

Kayu tersebut bernama Poturu. Fungsinya adalah untuk membedakan suku Zoe dengan suku lainnya.

Sejak kecil, antara usia 7 hingga 9 tahun, suku Zoe memasangkan Poturu kepada anak-anaknya.

Bahkan Poturu juga akan diganti dengan Poturu yang lebih besar, seiring dengan pertambahan usia mereka.

Tidak berhenti sampai di situ, mereka bahkan mengenakan Poturu hingga embusan nafas terakhir.

Baca: Guru SMA Ini Dilaporkan Beri Doktrin Anti-Jokowi, Begini Kronologisnya Hingga Menangis Meminta Maaf

Suku Zoe dalam kehidupan sosialnya tidak mengenal adanya pemimpin.

Mereka lebih senang mendengarkan nasihat dari para sesepuh.

Sebuah keputusan pun diambil secara bersama-sama.

Walau hidup di hutan belantara Amazon yang gelap dan kejam, tetapi mereka bisa tetap hidup secara bersama-sama dan berdampingan.

Tidak ada kemarahan bahkan perselisihan. Hukumannya berat bila mereka terlibat perselisihan.

Mereka harus pergi meninggalkan keluarga dan desa tersebut.

Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Terisolasi dari Dunia Luar, Suku Zoe Justru Jadi Suku Paling Bahagia di Dunia

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved