FEB Unimal Persiapkan Prodi Bisnis Digital
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Malikussaleh (Unimal) kini mulai mempersiapkan diri
LHOKSEUMAWE - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Malikussaleh (Unimal) kini mulai mempersiapkan diri untuk pembentukan Program Studi Bisnis Digital guna menyikapi kemajuan teknologi dewasa ini. Ditargetkan, pada 2019 mendatang, program studi tersebut sudah bisa menerima mahasiswa baru.
Dekan FEB Unimal, Wahyuddin Albra mengatakan, pembukaan Program Studi Bisnis Digital sudah masuk dalam ‘cetak biru’ fakultas. Serangkaian persiapan, jelasnya, juga sudah dilakukan, termasuk dengan menyelenggarakan Seminar Nasional Ekonomi (SNE) VI tentang teknologi blockchain di Aula Cut Meutia, Kampus Bukit Indah, Sabtu (20/10).
“Teknologi blockchain merupakan salah satu bagian dari industri 4.0. Di negara maju, blockchain sudah masuk ke berbagai bidang, mulai dari teknologi finansial, UMKM, sampai pemilu,” ujar Wahyuddin Albra.
Persiapan lainnya, beber dia, FEB Unimal juga sudah menjalin kerja sama dengan Oracle-D, sebuah lembaga yang berkedudukan di London, Inggris dan bergerak di bidang blockchain. Menurut Wahyuddin, pihak Oracle-D siap mendukung untuk materi pengajaran dan teknologi.
“Komitmen Oracle-D dibuktikan dengan kehadiran dua pemateri asal London dalam SNE VI yakni, Matthew Starkey dan Dylan Leighton, di mana mereka berdua adalah Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Technology Officer (CTO) di Oracle-D. “Lembaga itu sudah berkomitmen memberikan pelatihan kepada tenaga dosen,” lanjut Wahyuddin.
Dia menambahkan, FEB Unimal juga sudah bekerja sama dengan berbagai lembaga lain seperti Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung yang memiliki satu-satunya Program Studi Bisnis Digital serta dengan lembaga yang bergerak di bidang teknologi informatika. “Jadi, kini terus kita persiapkan berbagai kebutuhan administrasi, sehingga pada tahun 2019, Program Studi Bisnis Digital sudah dibuka di Unimal,” ungkapnya.
Sedangkan dalam SNE VI tentang blockchain yang diikuti 220 peserta, Matthew Starkey dan Dylan Leighton memaparkan keunggulan blockchain dalam teknologi finansial. Menurut Starkey, jaringan blockchain tidak mudah diretas, tidak bisa dihapus, dan tahan lama. Blockchain juga bisa digunakan dalam berbagai bidang, bahkan bisa mengurangi peluang kebocoran anggaran yang sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia. “Bagi UMKM, blockchain merupakan peluang untuk memasarkan produk lokal ke pasar internasional,” papar Starkey.(bah)