Breaking News

Jalankan Reintegrasi, Mantan Pejuang Moro akan Tiru Pola Pertanian Dinamis Lamteuba

rombongan MILF ingin mengali informasi mengenai pertanian yang akan diterapkan dalam proses reintegrasi

Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Muhammad Hadi
IST
Tokoh Pertanian Aceh, Muslahuddin Daud sedang menjelaskan konsep pertanian yang dikelolanya kepada perwakilan mantan pejuang Moro Islamic Liberation Front (MILF) di kebunnya, Lamteuba, Aceh Besar, Selasa (23/10/2018). 

Laporan Masrizal | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH – Sebanyak 24 mantan pejuang Moro Islamic Liberation Front (MILF) yang dipimpin Abunawas Maslamama melakukan kunjungan ke Aceh dalam rangka menyusun rencana strategis berkaitan dengan transisi politik, normalisasi, dan pencegahan tindakan kekerasan.

Kunjungan ini dilatarbelakangi oleh perjanjian antara pemerintah Philipina dan MILF tentang Republic Act 11054, atau dikenal dengan Organic Law for the Bangsamoro Autonomous Region in Muslim Mindanao (BARMM).

Selama di Aceh, rombongan MILF bersilaturahmi dengan Pemerintah Aceh untuk mempelajari cara merawat perdamaian.

Baca: 25 Mantan Pejuang MILF Filipina Berkunjung ke Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Aceh Besar

Berkunjung ke Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Aceh Besar, untuk mempelajari kurikulum pelajaran agama Islam berbasis pesantren yang bersih dari paham radikalisme.

Kemudian berkunjung ke kebun tokoh pertanian Aceh, Muslahuddin Daud di Lamteuba.

Di kebun Muslahuddin, rombongan MILF ingin mengali informasi mengenai pertanian yang akan diterapkan dalam proses reintegrasi.

Sebab, buah dari perdamaian, pemerintah Philipina menyediakan 50.000 ha tanah sebagai bagian dari komitmen untuk kombatan.

Baca: Ini Jawaban Soal Timnas U-19 Indonesia Lolos ke Perempat Final Meski Poin Sama dengan Qatar dan UEA

Tokoh pertanian Aceh, Muslahuddin Daud kepada Serambinews.com, Rabu (24/10/2018) menyampaikan bahwa lahannya di Lamteuba tersebut dipilih sebagai referensi rombongan MILF untuk kemudian direplikasikan (ditiru pengelolaannya) di Mindanao.

Aceh dipilih, lanjutnya, karena secara tapografi, agroclimate, dan kesuburan tanah Aceh sama dengan Philipina.

Muslahuddin menyampaikan, setiba di kebun delegasi MILF disambut oleh para petani lokal.

Mereka kemudian mengelilingi kebun untuk mengamati sejumlah tanaman seperti pepaya, kunyit, pinang, jeruk, alpukat, durian, dan sejumlah tanaman lainnya.

Baca: Dipimpin Abunawas, Delegasi Moro Islamic Liberation Front (MILF) Belajar Implementasi Damai ke Aceh

Dalam kesempatan itu, Muslahuddin juga menjelaskan bagaimana proses damai di Aceh dan keterlibatnnya sejak tahun 2000, mulai dari jeda kemanusian hingga MoU Helsinki.

Muslahuddin juga menyampaikan mengapa pertanian menjadi solusi tepat untuk proses normalisasi, selain faktor tradisi, mudah dipahami, karena pertanian juga sesungguhnya menjanjikan bisnis.

“Saya menjelaskan bahwa kunci pola pertanian secara dinamis adalah menerapkan pola polikultur dalam lokasi yang sama, di mana tanaman dikombinasikan antara jenis yang berumur pendek, sedang, dan panjang. Demikian juga dari ketinggian, rendah, dan menengah. Pola ini diterapkan untuk tujuan ekonomis, ekologis dan juga sosial,” katanya.

Baca: Kapolsek Parongil Ditikam Tersangka Pembunuhan

Muslahuddin kemudian menjelaskan secara rinci bagaimana mengkombinasikan seluruh tanaman ini.

Seluruh peserta cukup antusias menyimak dan berulang kali menanyakan pertanyaan untuk memastikan bahwa konsep ini sangat layak di replikasi.

“Setelah berdiskusi, mereka memastikan bahwa konsep ini akan dibahas ditingkat lanjutan,” ungkap Muslahuddin. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved