Pemberotak Tembakkan Gas Beracun di Suriah, 107 Orang Alami Sesak Nafas
Kelompok pemberontak yang berada di pedesaan kota Aleppo, Suriah, dilaporkan menembakkan gas beracun di wilayah permukiman.
SERAMBINEWS.COM, ALEPPO - Kelompok pemberontak yang berada di pedesaan kota Aleppo, Suriah, dilaporkan menembakkan gas beracun di wilayah permukiman.
Kantor berita Suriah SANA mewartakan pada Minggu (25/11/2018), gas beracun itu menyebar di lingkungan perumahan al-Khalidyia, al-Neel Street, dan jam'ayat al-Zahra.
Kepala Kepolisian Aleppo Issam al-Shilli mengatakan, kelompok teroris pada Sabtu malam lalu menargetkan kawasan permukiman di Kota Aleppo dengan bom roket peledak yang mengandung gas beracun.
Rumah Sakit al-Razi dan Rumah Sakit Universiitas menyatakan, sebanyak 107 warga sipil mengaku mengalami sesak napas mulai dari skala ringan hingga beberapa yang harus dirawat di unit intensif.
"Kelompok teroris mengebom wilayah permukiman di Aleppo dengan senjata peledak yang mengandung gas sehingga menyebabkan warga sipil sesak dada," tulis al-Shilli dalam pernyataan.
CNN melaporkan, berdasarkan data dari organisasi Pemantau Hak Asasi Suriah (SOHR), sebanyak 94 warga sipil termasuk puluhan anak-anak mengalami sesak napas.
Baca: KPPBC Langsa Tangkap KM Angkut Rokok Ilegal
Sementara itu, pantauan dari AFP menunjukkan puluhan warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, berbondong-bondong ke rumah sakit di Aleppo, beberapa ditandu atau dibawa oleh keluarga mereka.
Korban terluka mengalami pusing dan susah bernapas.
Staf medis memberi masker oksigen kepada para pasien, baik dalam keadaan duduk atau berbaring.
Peristiwa serangan gas beracun itu dikonfirmasi oleh Rusia, yang bersekutu dengan rezim Suriah.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Igor Konashenkov mengatakan mereka menembakkan senjata yang dipenuhi klorin di daerah pemukiman Aleppo.
Dia mengatakan penembakan itu berasal dari daerah zona penyangga yang dikendalikan oleh aliansi Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
Serangan seperti itu menjadi yang pertama sejak Rusia dan Turki sepakat untuk membentuk zona demiliterisasi di provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan pembentukan zona demiliterisasi 15 hingga 20 kilometer akan mencegah "krisis kemanusiaan".
Namun, penembakan dari rezim Suriah dan pemberontak telah membunuh dan melukai puluhan warga sipil dan militan.