Rusia Tambah Sistem Rudal S-400 di Semenanjung Crimea, Ukraina Ketakutan

Ukraina meradang dengan pernyataan Rusia yang bakal mengerahkan sistem rudal S-400 tambahan di Semenanjung Crimea.

Editor: Faisal Zamzami
Sputnik/Alexey Malgavko
Sistem pertahanan anti-serangan udara bikinan Rusia, S-400.(Sputnik/Alexey Malgavko) 

SERAMBINEWS.COM, KIEV - Ukraina meradang dengan pernyataan Rusia yang bakal mengerahkan sistem rudal S-400 tambahan di Semenanjung Crimea.

Direktur Politik Kementerian Luar Negeri Ukraina Olexiy Makeyev kepada Al Jazeera Rabu (28/11/2018), mengecam langkah yang dibuat Kremlin.

Dia menyebut pemasangan sistem rudal dengan kode NATO SA-21 Growler itu tidak saja berbahaya bagi Ukraina, namun juga seluruh kawasan Laut Hitam.

Makeyev menyebut dengan jangkauan hingga 400 kilometer, S-400 bisa mengancam negara anggota NATO lainnya yang ada di Laut Hitam.

"Apalagi, kami tentunya telah mengetahui bahwa sistem rudal tersebut juga bisa dipakai untuk menghancurkan target di darat," kata Makeyev.

Dia melanjutkan, pendudukan Crimea yang dilakukan Rusia sejak 2014 memungkinkan mereka untuk membawa berbagai jenis persenjataan baru.

Termasuk di dalamnya pesawat yang bisa membawa bom nuklir maupun kapal perang yang bahkan bisa menjangkau hingga cekungan Mediterania.

"Militerisasi Rusia memberikan ancaman keamanan tidak saja bagi selatan Eropa. Namun juga Afrika Utara dan Timur Tengah," tegasnya.

Sebelumnya, juru bicara Distrik Militer Selatan Rusia Vadim Astafiyev berkata pihaknya bakal segera menambah jumlah S-400.

Merujuk kepada laporan harian lokal RIA Novosti, sistem pertahanan tersebut diharapkan bisa beroperasi sebelum akhir 2018.

Kabar pengerahan S-400 terjadi di tengah tensi ketegangan yang meninggi antara Ukraina dan Rusia buntut insiden di Selat Kerch Minggu (25/11/2018).

Saat itu, dua kapal artileri ringan dan satu kapal tongkang Ukraina ditembaki dan disita oleh kapal Badan Keamanan Rusia (FSB).

Kapal-kapal itu tengah berlayar dari Odesaa menuju Mariupol, kota pelabuhan Ukraina di Azov, ketika kapal Badan Keamanan Rusia (FSB) menghadang.

Berdasarkan perjanjian 2003, kedua negara sepakat untuk berbagi Laut Azov. Namun keputusan Moskwa membuka jembatan di Kerch memperkeruh situasi.

Baca: BREAKING NEWS - Seratusan Napi LP Lambaro Dikabarkan Melarikan Diri

Baca: Pengemudi Ojek Online Menangis dan Beri Sumbangan untuk Prabowo Jadi Presiden, Ini Jawaban Prabowo

Rusia Siagakan Pasukan Tempurnya

Kendaraan artileri Rusia saat mengikuti parade militer di Saint Petersburg, Mei 2018.(AFP / OLGA MALTSEVA)
Kendaraan artileri Rusia saat mengikuti parade militer di Saint Petersburg, Mei 2018.(AFP / OLGA MALTSEVA) 
Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved