Masyarakat Lhoong Butuh Dokter
Masyarakat Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, hingga saat ini kekurangan tenaga kesehatan di Pusat Kesehatan

* Jangan Hanya Satu Orang
BANDA ACEH - Masyarakat Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, hingga saat ini kekurangan tenaga kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) setempat, terutama dokter umum. Ironisnya, puskesmas yang melayani sekitar 11 ribu masyarakat Lhoong tersebut, hanya ditangani satu orang dokter, yang juga merangkap kepala puskesmas.
Hal itu diungkapkan seorang tokoh masyarakat Lhoong, Tgk Sudirman kepada Serambi, Senin (17/12). Menurutnya, dia sudah menyampaikan kondisi itu kepada Pemkab Aceh Besar, baik secara lisan maupun tulisan, namun hingga kini belum direspons. “Terakhir, kami kirim surat ke Bupati, DPRK, dan Dinas Kesehatan Aceh Besar pada 6 Desember lalu. Sudah hampir dua minggu belum ada jawaban,” ujarnya.
Sudirman mengatakan, tak jarang selama ini penyakit yang bisa ditangani puskesmas terpaksa dirujuk ke Banda Aceh karena minimnya dokter. “Seharusnya biaya yang dikeluarkan warga hanya seliter bensin ke Puskesmas. Tapi karena harus dirujuk ke Banda Aceh, kami harus mengeluarkan Rp 300 ribu untuk minyak mobil,” jelas pimpinan balai pengajian ini, seraya memohon perhatian Pemkab Aceh Besar.
Selain itu, lanjut Sudirman, masyarakat Lhoong membutuhkan dokter yang bisa menetap di Lhoong, bukan pulang-pergi. Hal ini menurutnya sangat penting saat ada kasus emergency. “Dokter yang ada di Puskesmas sekarang biasanya pulang ke Banda Aceh. Masyarakat sangat kesulitan kalau ada keluarganya yang sakit parah tengah malam, sedangkan di puskesmas cuma ada perawat piket,” imbuhnya.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Abulyatama Aceh (Unaya), dr Fachrul Jamal SpAN KIC, yang diminta tanggapannya terkait hal itu mengaku prihatin dengan kondisi Puskesmas Lhoong. Menurut dia, idealnya sebuah puskesmas yang meng-cover 11 ribu masyarakat ditangani oleh 3 dokter. “Satu dokter itu bisa melayani 5 ribu masyarakat. Kalau seperti ini, terlalu besar beban yang ditanggung oleh seorang dokter,” ujarnya.
Karena kata dr Fachrul, puskesmas bukan hanya mengurusi pengobatan saja, tetapi juga melakukan usaha preventif, promotif, kesehatan ibu dan anak, imunisasi, lingkungan, dan lainnya. “Mereka yang di puskesmas ini harus mengurusi usaha preventif, bagaimana mengedukasi masyarakat agar tidak sakit,” jelas dia.
Oleh karena itu, mantan direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh ini berharap pemerintah lebih peka terhadap masalah yang dihadapi masyarakat gampong. Bahkan kata Fachrul, Pemkab perlu memberikan apresiasi lebih kepada dokter yang ditempatkan di daerah pedalaman. “Sisakan uang yang receh-receh itu untuk dokter agar dia mau bertugas di pedalaman,” pungkasnya.
Dikonfirmasi Serambi secara terpisah kemarin, Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Aceh Besar, Lukman MKes, mengatakan pihaknya sedang mengupayakan rasionalisasi tenaga kesehatan puskesmas di Aceh Besar. Selain itu, Pemkab juga terus mencari dokter yang siap direkrut sebagai tenaga kontrak, di samping masih menunggu alokasi dokter dari program ‘Nusantara Sehat’ yang menyasar tempat terpencil termasuk Lhoong.
“Satu dokter menangani Lhoong memang tidak rasional, minimal ada dua atau tiga lebih bagus. Tapi ada dilema di Lhoong sampai tak ada yang cocok ditempatkan di sana,” ujarnya. Faktor yang membuat dokter tidak betah, lanjutnya, bisa karena Lhoong terlalu jauh dari pusat kota, dan juga faktor lainnya yang sulit diprediksi.
Sebelumnya, kata Lukman, sudah pernah ada dokter yang ditugaskan di Puskesmas Lhoong tidak bertahan lama. Menurutnya, sejak awal ia menjabat Kadiskes Maret 2018, sudah mendatangkan tenaga kontrak dokter perempuan ke Puskesmas Lhoong, namun ia tak mampu bertahan. “Empat bulan dia di sana, sudah bermasalah dengan rekan kerja. Terakhir terpaksa kami berhentikan,” katanya.
Sebagai gantinya, Dinkes Aceh Besar lalu mendatangkan lagi tenaga kontrak dokter laki-laki ke sana. Tak lama bekerja, takdir berkata lain, dokter tersebut mengalami sakit serius di kepalanya sehingga harus dioperasi ke Malaysia. “Lalu dia minta berhenti. Saya mau sampaikan bahwa selama ini kami sudah berusaha, tapi Allah sudah menakdirkan begini,” jelas Lukman, dan meminta masyarakat dapat bersabar sebab Pemkab Aceh Besar sedang mencari solusi terbaik. (fit)