Provinsi Salurkan Bantuan ke Agara
Pemerintah Aceh menyalurkan bantuan bahan sandang dan pengan untuk korban banjir bandang yang menerjang
* Bahan Sandang dan Pangan untuk Korban Banjir Bandang
KUTACANE - Pemerintah Aceh menyalurkan bantuan bahan sandang dan pengan untuk korban banjir bandang yang menerjang sejumlah desa di Kabupaten Aceh Tenggara (Agara). Bantuan dari Pemerintah Aceh dibawa dan diserahkan oleh istri Plt Gubernur Aceh, Dr Dyah Erti Idawati didampingi Kadis Sosial Aceh, Drs Alhudri MM, Minggu (20/1).
Bantuan diserahkan secara simbolis kepada Wabup Agara, Bukhari untuk diteruskan kepada korban bencana. Prosesi penyerahan bantuan berlangsung di halaman pendopo Wabup Agara. Seusai menyerahkan bantuan, istri Plt Gubernur Aceh yang juga didampingi oleh istri Kadis Sosial Aceh, Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos Aceh, dan Wabup Agara meninjau gudang baperstok di Desa Lawe Bekung, Kecamatan Badar, Agara.
Menurut Alhudri, gudang yang dibangun sejak 2015 tersebut merupakan milik Dinsos Aceh untuk penampungan logistik masa panik dan bantuan bahan bangunan rumah (BBR) saat bencana. “Ke depan Dinsos Aceh juga akan membangun Posko Tagana dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK),” kata Alhudri.
Usai meninjau gudang, rombongan menuju lokasi bencana, di antaranya Desa Kayu Betangor, Kecamatan Ketambe, Desa Lawe Mendrung, Desa Natam Lama, dan Natam Baru, Kecamatan Badar, Desa Pulonas Baru, Kecamatan Lawe Bulan, dan Desa Kutacane Lama, Kecamatan Babussalam.
Kepada korban bencana, Dyah Erti Idawati menyatakan prihatin atas musibah yang dialami masyarakat. “Kami ditugaskan langsung oleh Plt Gubernur Aceh untuk menemui korban bencana sekaligus membawa bantuan.
“Hasil kunjungan ini akan saya sampaikan langsung ke Pak Plt Gubernur Aceh untuk ditindaklanjuti. Namun harus bersabar karena bantuan pemerintah harus melalui prosedur, karenanya kepala desa harus membuat laporan secara mendetail,” katanya.
Dyah juga memohon maaf dan menyampaikan salam kepada korban bencana karena hingga Minggu kemarin Plt Gubernur Aceh masih di Jakarta dalam urusan dinas termasuk mengupayakan berbagai dari sumber APBN untuk penanganan bencana banjir secara permanen.
Seorang warga Desa Kayu Betangor, Suhada berharap agar Sungai Lawe Rikit segera dinormalisasi agar bencana banjir tidak terus terulang.
Banjir bandang rutin yang melanda Aceh Tenggara (Agara) setiap akhir dan awal tahun--terutama di saat musim hujan--menjadi keprihatinan berbagai kalangan. Mantan Kepala Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL), Fauzan Azima menanggapi banjir bandang rutin tersebut dengan mempertanyakan di mana tanggung jawab Balai Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL).
Kepada Serambi, Minggu (20/1), Fauzan mengatakan, Departemen Kehutanan RI telah membentuk satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang bernama BTNGL untuk mengelola dan melestarikan zona inti dari Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) dengan dana Rp 120 miliar setiap tahun.
“Menurut saya, besaran dana tersebut tidak sebanding dengan pekerjaan yang dilakukan oleh BTNGL terhadap pelestarian KEL. Bahkan terkesan melakukan pembiaran terhadap illegal logging dan perkebunan liar di kawasan TNGL,” tandas Fauzan yang hingga Minggu kemarin masih di lokasi bencana Agara.
Fauzan Azima yang juga mantan panglima GAM Wilayah Linge tersebut menyatakan prihatin karena dari tahun ke tahun Pemkab Agara dan masyarakat membersihkan material air bah seperti pasir, batu, dan kayu yang menghantam permukiman di sepanjang Sungai Alas dan Sungai Lawe Bulan.
“Fakta yang terlihat membuktikan daya tahan hutan tidak mampu lagi menyerap dan menyimpan air hujan karena tutupan hutan di TNGL semakin tipis,” katanya.
Seperti diketahui, kata Fauzan, TNGL sudah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Unesco dan mendapat dana setiap tahun sekitar 8 juta USD atau setara dengan Rp 120 miliar. “Ironisnya, banjir bandang masih menjadi bencana rutin di Agara,” demikian Fauzan Azima.(nas)
