Mahathir Sebut Denda Rp 74 Triliun Jadi Alasan Proyek Kereta Cepat China Dinegosiasikan Ulang

Bahkan pada waktu yang lain Mahathir pernah menyatakan proyek kereta cepat hanya akan membuat negaranya bertambah miskin.

Editor: Fatimah

SERAMBINEWS.COM - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad banyak dianggap menelan ludah sendiri ketika akhirnya menyetujui proyek kereta cepat yang memiliki nama resmi Jalur Kereta Pesisir Timur (ECRL).

Alasannya adalah Mahathir selama ini kerap menolak pinjaman dari China bahkan pernah memberi peringatan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte untuk tidak begitu saja meneriman pinjaman dari China.

Bahkan pada waktu yang lain Mahathir pernah menyatakan proyek kereta cepat hanya akan membuat negaranya bertambah miskin.

Baca: Amanah Berat di Pundak Pemimpin, Dimintai Pertanggungjawaban di Hari Akhirat Kelak

Lalu, apa sebenarnya alasan Mahathir pada akhirnya menyetujui proyek kereta cepat yang dibiayai oleh pinjaman dari China tersebut?

Dalam konferensi pers seperti diberitakan The Star Senin (15/4/2019), Mahathir menyatakan terdapat penurunan biaya hingga 32,8 persen terkait proyek yang dibiayai China itu.

"Setelah melalui negosiasi yang panjang dan alot, baik pemerintah Malaysia dan China mendapatkan kata sepakat tentang kontrak ECRL ini," terang Mahathir.

Baca: Jika Penghitungan KPU Tak Sama, BPN Prabowo-Sandiaga akan Gugat ke MK

Dia menjelaskan harga semula proyek yang mencapai 66 miliar ringgit, sekitar Rp 225,6 triliun, kini turun menjadi 44 miliar ringgit, atau Rp 150,4 triliun.

Dengan demikian, biaya produksi kereta cepat itu turun dari 98 juta ringgit per km, sekitar Rp 335 miliar, turun cukup banyak hingga 68 juta ringgit, atau Rp 232,5 miliar, per km.

Menurut Mahathir, pemerintahannya memutuskan melakukan negosiasi ulang demi menghindari denda yang mencapai 21,78 miliar ringgit, atau sekitar Rp 74,4 triliun.

Baca: Situasi Politik Tegang Pasca Pencoblosan, SBY Ingatkan Kader Tak Terlibat Kegiatan Inkonstitusional

Mahathir berkata fokus utama koalisi Pakatan Harapan adalah sorotan terhadap kecepatan dan jalur yang dibangun ketika kontrak itu disepakati pada 2016.

"Sangat tidak dibenarkan membebankan kontrak semahal ini tanpa menunjukkan hal teknis seperti spesifikasi, harga, hingga keuntungan ekonomi," papar dia.

Dengan kecepatan hingga 160 km per jam, calon penumpang kereta bisa bepergian dari Putrajaya di Kuala Lumpur hingga Kota Baru hanya dalam waktu empat jam.

Sebelumnya pada Januari lalu, Mahathir sempat mengumumkan pembatalan proyek yang 85 persen pembiayaannya ditanggung Bank Ekspor-Impor China tersebut.

Baca: Mahfud MD: Belum Ada Pemenang Pilpres 2019, Hitung Cepat Manapun Belum Sah, Tunggu Keputusan KPU

Perdana menteri berusia 93 tahun itu meminta pemahaman pihak terkait untuk bisa mengetahui dengan pasti kondisi keuangan Negeri "Jiran" tersebut.

"Proyek ini bakal membuat kami jadi miskin karena menelan 100 miliar ringgit (Rp 341 triliun). Kami melakukannya karena kami sedang mengetatkan ikat pinggang kami," ulasnya.

(Ardi Priyatno Utomo)

Artikel ini tayang pada Intisari Online dengan judul : Ternyata Ini Alasan Mahathir Akhirnya 'Menelan Ludah Sendiri' dengan Setujui Proyek Kereta Cepat

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved