Apa Karya: Meunyoe Mantong Na Sabee Na Bude, Abeh Sabee Abeh Bude
Apa Karya orang yang sangat mengerti seluk-beluk pasokan senjata ke Aceh saat masih konflik masih berkecamuk di Aceh.
Penulis: Subur Dani | Editor: Zaenal
Apa Karya: Meunyoe Mantong Na Sabee Na Bude, Abeh Sabee Abeh Bude
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Mantan menteri pertahanan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Zakaria Saman angkat bicara mengenai aksi kriminalitas bersenjata yang belakangan terjadi di beberapa daerah di Aceh.
Apa Karya orang yang sangat mengerti seluk-beluk pasokan senjata ke Aceh saat masih konflik masih berkecamuk di Aceh.
Sebagai menteri pertahanan kala itu, Apa Karya yang pernah menjadi warga negara Thailand terlibat langsung dalam aksi penyelundupan senjata ilegal untuk pasukan GAM di Aceh.
Menjawab Serambi Rabu (15/5/2019), pria yang akrab disapa Apa Karya ini mengatakan, senjata-senjata yang kini beredar di Aceh, termasuk yang diserahkan ke aparat keamanan, terkait dengan peredaran narkoba di Aceh.
Menurutnya, kecil kemungkinan senjata-senjata itu sisa konflik, termasuk yang diperilahkan oleh Panglima Kodam (Pangdam) IM, Mayjen TNI Teguh Arief Indratmoko, dalam konferensi pers di rumah dinas Pangdam IM, Banda Aceh, Rabu (15/5/2019).
Pasalnya, kata Apa Karya, semua senjata yang pernah digunakan oleh GAM sudah dilucuti seusai terjalinnya kesepakatan damai antara RI dengan GAM pada 15 Agustus 2005 silam.
“Bandum katajok untuk dikoh watee thon 2005, panena lom bude. Meubude brok hana takubah, meudeh kon jeut tapeh, tapeuget keu parang. (Semua sudah kita kasih untuk dipotong tahun 2005, mana ada lagi? Senjata tua saja tidak kita simpan, kalau ada bisa kita tempah untuk parang),” kata Apa Karya.
Baca: Anggota KKB di Aceh Terkait Sabu
Baca: Pangdam: Anggota KKB di Aceh Timur bukan Eks Kombatan GAM, tapi Kelompok Jaringan Sabu-sabu
Jika memang senjata itu disebut sisa masa konflik, lanjut Apa karya, harusnya yang menerimanya menanyakan dari mana senjata itu berasal, apakah benar dari konflik Aceh dan dari mana yang bersangkutan mendapatkan senjata tersebut.
Jangan-jangan senjata itu bukan senjata sisa masa konflik, melainkan senjata yang selama ini dikuasai oleh kelompok-kelompok kriminal bersenjata di Aceh, terlebih para sindikat narkoba.
“Sabe dipeugah sisa konflik, hana lee atanyan. Chi pareksa keudroe, ata pane, bek peugah sabe ata konflik, nyan konflik pane. (Selalu dibilang sisa konflik, nggak ada lagi itu, coba periksa sendiri, dari mana, jangan selalu bilang sisa konflik),” kata Apa Karya.
Saat ini, lanjut Apa Karya, bukan perkara sulit untuk mendapat senjata, bahkan dia yakin banyak senjata ilegal terus beredar di Aceh.
Paling mudah mendapatkan senjata dari para gembong atau mafia narkoba yang menjalankan bisnis haram mereka di Aceh.
Dari merekalah, menurut Apa Karya, senjata-senjata selama ini berasal.