Kisah Pilu Keluarga Nelayan Yang Hilang ; Empat Anak Kecil Terus Bertanya Dimana Ayah Mereka
Rahmawati (35) bersama empat anaknya warga Dusun Tgk Geulumpang, Desa Lhok Kulam, Jeunieb Bireuen terus bertanya dimana suaminya juga ayah dari anak.
Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Jalimin
Kisah Keluarga Nelayan Hilang ; Empat Anak Kecil Terus Bertanya Dimana Ayah Mereka
Laporan Yusmandin Idris I Bireuen
SERAMBINEWS.COM, BIREUEN – Rahmawati (35) bersama empat anaknya warga Dusun Tgk Geulumpang, Gampong Lhok Kulam, Jeunieb, Kabupaten Bireuen terus bertanya keberadaan suaminya yang hilang sejak pergi melaut pada, 18 Maret 2019 lalu.
Hingga Selasa (18/5/2019), Rahmawati tidak tahu keberadaan suaminya yang juga ayah dari empat anaknya yang masih kecil.
Apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia atau sudah ditangkap petugas negara lain.
“Setiap hari anak-anak terus bertanya apakah lebaran ini bisa bertemu dengan bapaknya, ketika pertanyaan itu muncul saya urut dada dan menangis,” ujar Rahmawati istri dari Ibnu Hajar kepada Serambinews, Selasa (28/05/2019) di desa itu.
Ibnu Hajar (45) salah seorang nelayan yang dari tiga nelayan Ulee Lheue Banda Aceh yang menggunakan KM Mata Ranjau 03 dilaporkan menghilang sejak berangkat melaut pada 18 Maret 2019 dan hingga, Selasa (28/5/2019) belum ada kabar tentang keberadaannya.
Rahmawati berkisah, tidak ada firasat dan tanda-tanda suaminya tidak pulang sudah memasuki empat bulan.
Saat berangkat sebelum menghilang, hanya berpesan doakan dia untuk pergi melaut agar mendapat ikan banyak dan bisa membeli baju baru untuk anak-anak dan uang meugang puasa dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Baca: Tiga Pelempar Bus Asal Bandar Baru Pidie Jaya Ditangkap Polisi. Ini Motifnya
Baca: Tim Gabungan Polisi Syariat Aceh Barat Amankan Makanan di Siang Hari
Baca: Seorang Warga Peusangan Ditangkap, Ini Kasusnya
“Sewaktu berangkat, ia hanya titip uang Rp 500.000, lainnya tidak ada,". Sejak suaminya menghilang Rahmawati setiap hari tidak bisa menjawab pertanyaan empat anaknya masih kecil.
“Ketika bangun pagi, pertanyaan pertama yang dilontarkan anak-anak, yakni ayah sudah pulang? dan kapan beli baju baru,” ujar Rahmawati menirukan pertanyaan anaknya.
Untuk menutupi kebutuhan dapur, mulailah ia menjadi buruh menanam padi (tung upah), mengupas buah pinang milik orang lain maupun pekerjaan lainnya untuk mencukupi belanja dapur.
“Setiap pagi hanya berpikir ada orang ngak yang mengajak ikut menanam padi atau mengajak membantu apa saja sorenya diberi upah untuk biaya makan anak-anak berbuka dan makan seadanya,” ujarnya lirih.
Ke sawah menanam padi milik orang untuk memenuhi kebutuhan buka puasa dan makan bersama anak-anak. "Sedangkan untuk beli baju lebaran, masih nggak tahu dari mana uangnya," ujar Rahmawati dengan nada lirih dan pasrah.
Empat orang anaknya terus bertanya dan berharap orang tua mereka masih hidup dan dapat berkumpul bersama mereka lagi.
Ke empat anak mereka adalah Muliza Alfa (14) masih kelas I SMP, Muhammad Aulia Fahmi (12) masuk SMP tahun ini.
Kemudian, Martunis (6) dan Aida Fatiyaturrahmah berusia dua tahun.
Mereka hanya berharap, bisa berkumpul bersama dengan ayahnya saat lebaran Idul Fitri 1440 H, yang tinggal menghitung hari saja. (*)