Bantu Mualaf, Sekda Agara Selamat dari Musibah Casa
BELUM ajal, berpantang mati. Itulah yang terjadi pada Drs Hasanuddin Darjo MM, Sekretaris Daerah Aceh Tenggara (Sekda Agara)
Tapi takdir menentukan lain. Ia selamat dari musibah itu karena pada last minute membatalkan diri berangkat naik Casa dari Medan ke Kutacane. Alasan dia membatalkan terbang naik Casa yang justru cukup mengharukan.
“Semata-mata hanya karena saya ingin membeli jeruk dan buah-buahan lainnya di Tiga Binanga sebagai oleh-oleh untuk seorang mualaf bernama, Adi M Nazir, yang akan dia jadikan barang dagangannya di Jora Wisata, Kecamatan Ketambe,” ungkap Sekda Agara, Hasanuddin Darjo kepada Serambi di Kutacane, Sabtu (1/10).
Jadi, karena niat luhurnya ingin membantu sang mualaf itulah akhirnya Hasanuddin Darjo selamat dari musibah, lantaran dia urung naik Casa. Berikut nukilan kisahnya: pada Selasa (27/9) pagi Hasanuddin diantar stafnya naik mobil sampai Tiga Binanga, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Di sana sudah ada mobil dinasnya BL 6 H.
Dari sana Hasanuddin menuju Medan dengan memakai baju seragam dinas. Setiba di Medan dia langsung berangkat ke Banda Aceh naik pesawat untuk mengikuti rapat koordinasi. Rabu (28/9) pukul 16.00 WIB, Sekda Agara itu terbang dari Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besat, menuju Medan. Ia tiba di Bandara Polonia pukul 19.00 WIB.
Lalu pada pukul 19.30 WIB, dia pergi ke Sun Plaza membeli blender (alat pembuat jus) untuk Adi M Nazir yang baru masuk Islam di Agara.
Selanjutnya, pukul 20.30 WIB, dia ditelepon Camat Ketambe yang menanyakan rencana kepulangannya ke Agara. Hasanuddin menyatakan akan pulang naik Casa 212-200 milik PT NBA dan Kamis (29/9) pagi sekitar pukul 06.00 WIB. Untuk itu, dia akan beli tiket pesawat Casa secara go show di Bandara Polonia Medan.
Tapi tiba-tiba terbersit firasat tak enak di hatinya bila tetap pulang naik pesawat. Lalu pada Rabu (28/9) sekitar pukul 21.00 WIB, dia putuskan sepihak untuk tidak jadi berangkat naik Casa 212. Dia justru memilih jalan darat.
“Dengan demikian, saya dapat membelikan oleh-oleh jeruk, terong belanda, apel, dan alpukat dalam jumlah banyak di Tiga Binanga untuk nantinya didagangkan kembali oleh si Adi M Nazir di Ketambe,” ujarnya.
Ia juga heran kenapa saat itu begitu besar dorongan di hatinya membelikan aneka buah untuk Adi M Nazir dengan cara membelinya di Tiga Binanga. Padahal, buah-buahan seperti itu banyak dijual di Aceh Tenggara. “Berarti, itulah hikmahnya. Sekarang saya baru tahu jawabnya, karena niat saya tulus ingin membantu sang mualaf itu, sehingga saya diselamatkan Tuhan dari tragedi jatuhnya Casa,” ujar Hasanuddin Darjo.
Ia lanjutkan kisah. “Pada malam itu saya pulang ke Agara dari Medan via darat. Tiba di Agara pukul 03.00 WIB pagi bersama ajudan. Dan, pada Kamis pagi saya dapat info dari Kadis Perhubungan Agara bahwa pesawat Casa 212 yang urung saya tumpangi ternyata hilang kontak dengan Bandara Alas Leuser Kutacane. Esoknya kita dengan kabar, pesawat itu jatuh dan semua penumpangnya meninggal,” ujarnya.
Hasanuddin menambahkan, sejak ada pesawat NBA dan Susi Air yang melayani penerbangan Medan-Agara, setiap pergi berdinas ke luar Agara, ia selalu naik pesawat. Tak pernah lagi naik mobil seperti dulunya. Ia juga mengaku biasanya paling tidak mau membeli buah sebagai oleh-oleh untuk keluarganya di rumah.
Tapi karena seorang mualaf memesankan buah-buah itu kepadanya untuk modal dasar memulai hidup sebagai muslim yang mandiri, Hasanuddin menyanggupinya. Dan ternyata, ia mereguk hikmah dari keikhlasannya membantu sang mualaf.
Istri Hasanuddin Darjo, Ummi Rahmah menambahkan, suaminya selama ini tak pernah mau membelikan buah sebagai oleh-oleh untuknya dan anak-anak ketika kembali dari perjalanan dinas. “Namun, kali ini entah kenapa, Bapak mau membelikan buah-buahan di Tiga Binanga untuk si Adi M Nazir, mualaf yang akan memulai usaha berbisnis buah,” kata Ummi yang mengaku sangat bersyukur karena suaminya terhindar dari tragedi jatuhnya pesawat Casa itu. (asnawi luwi)