Obsesi Binaragawan Aceh di Tengah Ketidakpedulian

KEBAHAGIAAN memancar dari raut wajah binaragawan Aceh, Teuku Daliansyah yang akrab disapa Teuku Ia

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Obsesi Binaragawan Aceh di Tengah Ketidakpedulian
ATLET binaraga Aceh, Teuku Daliansyah (kanan) berfoto dengan pelatihnya, Awi Gudang usai latihan di Gudang Gym, Peunayong, Banda Aceh, Sabtu (18/2). SERAMBI/MUHAMMAD HADI
KEBAHAGIAAN memancar dari raut wajah binaragawan Aceh, Teuku Daliansyah yang akrab disapa Teuku Ian. Pemilik postur luar biasa ini terpilih mewakili Indonesia dalam ajang kejuaraan binaraga se-Asia Tenggara yang digelar 24-27 Februari di Yangon, Myanmar. Ia bersama Putu Sembah dan Adya Novali dari Jakarta akan menjadi andalan kontingen Merah Putih.

Hari ini, Minggu (19/2), Ian terbang ke Jakarta dan selanjutnya pada 22 Februari berangkat ke Yangon. “Saya sangat bangga terpilih mewakili Indonesia dan ikut membawa nama Aceh dalam kejuaraan ini. Ini pertama kali saya ikuti kejuaraan tingkat internasional. Saya akan berusaha mempersembahkan yang terbaik bagi Indonesia dan Aceh,” ujar Teuku Ian didampingi Pelatihnya, Awi Gudang kepada Serambi usai latihan di Gudang Gym, Peunayong, Banda Aceh, Sabtu (18/2).

Kebanggaan pria kelahiran Banda Aceh, 23 Maret 1978 ini wajar mengingat pertama kali tampil di even internasional. Selama ini, anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Teuku Cut Arifin dan Nurmalawati ini hanya unjuk diri dalam sejumlah even di tingkat nasional.

Teuku Ian menjalani latihan rutin sejak 2005 untuk mewujudkan obsesi menjadi binaragawan sejati, meski dunia fitnes sudah lebih duluan dikenalnya, sejak 1998.

20 telur sehari
Bukan pekerjaan mudah bagi pria lulusan SMAN 2 Banda Aceh tersebut untuk membentuk otot tubuh seperti saat ini. Dalam seminggu ia harus berlatih 1,5 jam sehari, kecuali hari minggu. Tiap hari tubuhnya membutuhkan 150 gram protein. Ia harus mampu mengonsumsi 20 butir telur sehari, 2 kg ikan, 0,5 kg daging dan suplemen. “Saya sudah empat bulan nggak makan nasi,” ujar Teuku Ian.       

Teuku Ian menjelaskan, para atlet binaraga menghindari karbohidrat dari nasi dan makanan jenis lain. Mereka lebih membutuhkan jenis makanan yang mencukupi 150 gram protein. Pola makan pun dilakukan dua jam atau tiga jam sekali. Ini berbeda dengan pola makan umumnya tiga kali sehari. “Ini terasa seperti makan kapas, hanya pedasnya yang terasa,” ujar Teuku Ian saat makan daging yang sudah direbus dan diiris kecil-kecil.

Bagi kebanyakan atlet binaraga, biasanya kalau mendekati tanding saja stop makan nasi. Tapi pola seperti ini tidak berlaku bagi Teuku Ian. Teuku Ian benar-benar tidak makan nasi karena ia sedang buang lemak dari tubuh.

Teuku Ian juga mengungkapkan, dua hari jelang tanding nggak boleh minum air demi menjaga kondisi tubuh tetap kering. “Paling air untuk membasahi mulut saja. Kalau mau air hanya makan buah-buahan. Kalau dihitung-hitung tidak cukup uang Rp 500.000 untuk kebutuhan sehari-hari dan vitamin. Tapi ada saja jalannya kalau mau berusaha,” ujar sang atlet dibenarkan pelatihnya, Awi Gudang.

Tak ada bantuan

Teuku Ian mengaku selama ini tidak pernah mendapat perhatian dari Pemerintah Aceh termasuk KONI Aceh. Bila meminta bantuan justru mendapat jawaban belum ada dana. Meski demikian ia tetap berharap pemerintah memberikan perhatian sungguh-sungguh terhadap pembinaan atlet binaraga Aceh agar ada regenerasi. “Pernah Teuku Ian harus naik bus dari Aceh ke Medan karena tidak ada dana yang cukup untuk ikut even di tingkat Sumatera,” ungkap Awi Gudang.

Syukurlah, di tengah ketidakpedulian pemerintah, kini Teuku Ian sedikit tertolong dengan adanya sponsor MET RX Nutrition. Perusahaan asal Amerika yang membuka cabang di Jakarta itu menyediakan suplemen untuk memenuhi kebutuhan vitamin Teuku Ian. Kontrak dengan perusahaan tersebut ada kemungkinan diperpanjang jika Teuku Ian terus mengukir prestasi. Semoga. (muhammad hadi)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved