Penembakan di Aceh
Saiful Cagee Ditembak oleh Mayor
Jamaluddin alias Dugok mengaku ikut serta dalam aksi penembakan Amirudin Husin alias Saiful Cagee (42) di depan Warung Kopi Gurkha

JAKARTA - Jamaluddin alias Dugok mengaku ikut serta dalam aksi penembakan Amirudin Husin alias Saiful Cagee (42) di depan Warung Kopi Gurkha, Matang Geulumpangdua, Bireuen, pada Jumat (22/7/2011) malam. Dia sebutkan, yang menembak korban adalah Kamaruddin alias Mayor. Sedangkan dirinya bersama Ayah Darut hanya mengawasi lokasi penembakan dengan pura-pura membeli sate dan rokok.
Dugok menceritakan peristiwa penembakan tersebut saat menjadi saksi dalam kasus penembakan di Aceh dengan terdakwa Kamaruddin alias Mayor, Fikram alias Ayah Banta, Mansyur alias Mancuk, dan M Rizal Mustakim di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (26/11).
Dugok mengatakan, ia ditelepon Mayor agar ikut ke Matangglumpang Dua, Kecamatan Peusangan, Bireuen. “Kami pergi naik mobil. Saya sopirnya. Kami juga menjemput Ayah Darut. Kami berangkat bertiga,” kata Dugok lancar.
Sesampai di lokasi kejadian, Dugok lalu berpura-pura membeli sate, sedangkan Ayah Darut berpura-pura beli rokok. “Yang menembak Mayor,” ujar Dugok.
Saat ditanya jaksa penuntut umum alasan menghabisi Saiful Cagee, Dugok mengatakan tidak tahu. “Saya tidak tahu kenapa Cagee ditembak, karena saya tidak diberi tahu alasannya oleh Mayor,” kata Dugok.
Dugok dan Mayor merupakan “kawan seperjuangan” di GAM dan sama-sama pernah menjadi anggota tim sukses Irwandi Yusuf untuk wilayah Aceh Utara pada pemilihan gubernur Aceh 2006. Syaiful Cagee pernah mengetuai Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Batee Iliek, di samping awalnya kombatan GAM.
Dalam kesaksiannya, Dugok juga mengakui keterlibatannya pada penembakan di perkebunan PT Setya Agung, di Krueng Jawa, Kecamatan Geureudong, Aceh Utara, pada 5 Desember 2011. Dalam insiden itu tiga buruh beretnis Jawa meninggal dan empat lainnya luka-luka.
“Saya ikut menembak. Saya pegang senjata AK-56 bersama Mansyur, sedangkan Mayor pegang M-16,” beber Dugok. Menurut Dugok, dia tidak bermaksud membunuh, tapi hanya menembaki dinding bangunan sekadar meneror. “Makanya saya minta orang-orang yang ada di warung itu tiarap,” katanya.
Ia baru mengetahui ada korban meninggal dan luka justru dari pemberitaan koran, esoknya. Disebutkan pula bahwa keterlibatan dirinya dalam peristiwa penembakan di PT Setya Agung karena diajak Mayor.
Peristwa lain yang melibatkan Dugok adalah pembuatan bom pipa dan memasangnya di kawasan Geureutee arah ke Calang, Aceh Jaya, dari Kota Banda Aceh. Bom itu dimaksudkan untuk menghantam rombongan gubernur Irwandi Yusuf yang akan melintas di jalur tersebut.
Saksi lainnya yang didengar keterangan adalah Sulaiman alias Ulee Bara yang menjemput Dugok dan kawan-kawan setelah penembakan di PT Setya Agung. “Saya ditelepon Dugok untuk jemput. Saya tidak mengetahui mereka baru menembak,” kata Sulaiman. Sidang perkara ini dilanjutkan Senin pekan depan. (fik)