Serambi Property
Harga Tanah Melambung
Harga tanah di Banda Aceh dan sekitarnya yang terus melambung seusai bencana gempa 9,0 skala Richter (SR) disusul tsunami pada

BANDA ACEH - Harga tanah di Banda Aceh dan sekitarnya yang terus melambung seusai bencana gempa 9,0 skala Richter (SR) disusul tsunami pada 26 Desember 2004 membuat para developer kewalahan. Tak pelak, harga rumah juga lebih tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia.
Walaupun demikian, para developer yang tergabung dalam organisasi perusahaan perumahan, RealEstat Indonesia (REI) Provinsi Aceh akan berusaha mencari solusi tingginya harga tanah. Apalagi, dalam kepengurusan baru seusai Musda ke-V pada Minggu, 21 April 2013, sejumlah pengusaha muda juga ikut bergabung.
“Langkah awal sudah terbentuk, kini tinggal menentukan langkah selanjutnya dalam merapatkan barisan menggali potensi besar daerah ini,” ujar Zulfikar, SE Ak, di depan para pengurus dan undangan seusai dilantik sebagai Ketua REI Aceh, periode 2013-2016 oleh Ketua Umum DPP REI Pusat, Ir Setyo Maharso.
Dia menegaskan GAM, tetapi bukan kepanjangan sebenarnya, melainkan ‘Gerakan Aceh Membangun’ harus ditumbuhkan di seluruh lapisan masyarakat. Zulfikar mengakui, Aceh masih tertinggal dibandingkan daerah lainnya dalam pembangunan perumahan, padahal peluang masih besar dengan ketersediaan lahan cukup luas yang tersebar di seluruh Aceh.
“Kami masih perlu belajar lebih banyak lagi dari para pengusaha perumahan nasional yang telah sukses,” tambahnya. Dia juga sempat mengatakan para pengusaha perumahan di Aceh seharusnya tidak ‘cipura-pura’ (hanya berpura-pura), tetapi harus seperti Ciputra, walau dalam skala kecil.
Dia mencontohkan, harga tanah menjadi persoalan utama di Banda Aceh dan sekitarnya, tetapi seharusnya tidak dijadikan alasan, seorang pengusaha property bangkrut. “Para pengembang tidak mau mati dalam bekerja, tetapi bisa tumbuh dan berkembang melalui dukungan semua pihak,” tambahnya dalam tema “Malam Sapue Duek, Sapue Pakat”.
Apalagi, sebutnya, para pengembang tidak seharusnya mencari profit semata, tetapi social oriented (sosial) juga perlu dipikirkan dengan membangun rumah murah bersubsidi dari pemerintah. “Kita harus duduk bersama dengan semua pihak, tidak saling gontok-gontokan, tetapi bergandeng tangan membangun perumahan yang terjangkau di Aceh,” ujar Zulfikar.
Dia juga menegaskan, REI bukanlah partai politik, tetapi sebuah organisasi profesional yang mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Tetapi, dukungan perbankan dan pemerintah harus lebih diperkuat, apalagi Pemprov Aceh terus mendapat anggaran besar, yang sebagiannya seharusnya dapat diplotkan untuk pembangunan rumah murah rakyat.
Dia mengungkapkan, persoalan harga tanah seharusnya dapat diatasi dengan adanya bantuan pemerintah. “Sudah saatnya, Pemprov Aceh memberi perhatian besar terhadap sektor perumahan murah di Aceh, selain pembangunan perekonomian rakyat,” katanya.
Seperti diketahui, harga tanah di Banda Aceh sudah tidak terkendali lagi, sampai jutaan per meter. Bahkan, kawasan pinggiran juga tidak kalah hebatnya, bisa mencapai ratusan ribu rupiah per meter, sehingga harga rumah juga ikut-ikutan disesuaikan dengan harga tanah.(muh)