Balai Bahasa

Etos Kerja dalam Peribahasa Aceh

Para endatu Aceh kita dulu sering memberikan solusi dalam menjawab persoalan hidup. Solusi itu mereka jawab

Editor: bakri
Oleh  Adnan Yahya,  Mahasiswa Komunikasi Islam, Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Para endatu Aceh kita dulu sering memberikan solusi dalam menjawab persoalan hidup. Solusi itu mereka jawab dalam berbagai  ungkapan peribahasa (Aceh: Narit Maja). Memang tidak dapat dipungkiri, setiap peribahasa tersebut hingga sekarang masih dikutip oleh masyarakat Aceh dalam menyampaikan sesuatu, baik petuah, solusi, maupun dalam menjawab problem keluarga dan masalah sosial lainnya. Dalam berbagai literatur yang menceritakan tentang keacehan hampir dapat dipastikan selalu dibumbui oleh peribahasa Aceh.

Nah, di antara ribuan peribahasa Aceh yang diajarkan oleh endatu kita adalah sikap etos kerja yang tinggi, tidak pemalas.  Para endatu kita berpesan agar kita tidak malas. Berikut peribahasanya.

Oen meuria diyup moh, bubong rumoh tireeh. Sikat gigoe peut kreuk di rumoh, ek gigoe jeut cet binteeh. Pulpen peut kreuk lam kantong, meusikreuk hanjeut teumuleeh. Ubat lee di rumoh, tapi cabok bak beuteuh. Ie raya diyup moh, dalam rumoh han jitem gleeh. Pesantren dilingka rumoh, ureung meutamah paleh. (Daun rumbia di bawah lantai rumah, tapi rumah bocor. Sikat gigi empat di rumah, tapi kotoran gigi banyak. Pulpen empat dalam saku, tapi satupun tidak bisa untuk menulis. Obat banyak di rumah, tapi penyakitan. Banjir di sudah di bawah lantai, tapi rumah masih kotor. Pondok pesantren di sekitar rumah, tapi orangnya bertambah  jahat).

Peribahasa ini menjelaskan sindiran para endatu terhadap para pemalas. Semua hal telah mereka miliki tetapi malas untuk digunakan. Akibatnya, akan timbul berbagai masalah, seperti penyakit, perilaku semakin buruk, rumah kotor dan lain-lain. Peribahasa lain menyatakan sebagai berikut.

Meunyoe hana tatem mita, pane atra rhot di manyang, Meunyoe tatem mita adak han kaya udep seunang  (kalau bukan lewat usaha, tak mungkin harta jatuh dari langit/ atas. Asal mau berusaha kalaupun tak kaya cukuplah makan).

Peribahasa ini mengajarkan kepada kita untuk tidak berpangku tangan menunggu keajaiban dari langit karena keajaiban tak akan datang tanpa usaha dan kerja keras. Kerja keras akan menghasilkan apa yang kita harapkan. Namun bila tidak mau berusaha maka akan dipastikan gagal. Dalam peribahasa ini dijelaskan ada dua kemungkinan bila kita bekerja keras, yakni kaya atau cukup. Namun, jika hanya menunggu keajaiban datang dari langit cuma ada satu kepastian, yakni kegagalan. Hampir semakna dengan peribahasa lainnya, yakni: Pane santan bak on keurusong, pane gapah bak leubeng (mana ada santan pada daun kering, mana ada “lemak” pada kutu busuk). Artinya, jangan mengharapkan sesuatu yang mustahil tanpa diiringi dengan kerja keras dan kerja ikhlas. Bila kerja keras terus kita galakkan dalam kehidupan, maka hasil yang kita dapatkan akan memuaskan.

Cabak jaroe meuraseuki, geuhon gaki hana sapee na

 (tangan yang rajin akan menghasilkan, kaki yang malas akan papa).

Peribahasa ini juga menjelaskan agar kita lakukan apa saja untuk mendatangkan rezki selama pekerjaan itu baik menurut Ilahi. Peribahasa tersebut juga mengajarkan agar kita mau menjemput rizki.  Hal ini juga semakna dengan peribahasa lainnya, Tapak jak urat nari, na tajak na raseuki (kaki berjalan, otot-urat melenggang,  Insya Allah rezeki pun dapat). Artinya, dalam setiap kerja keras selalu di awali dengan satu langkah sempurna.

Oleh karena itu, kerja keras menjadi modal tumpuan untuk mendapatkan karunia dari Allah swt. Bahkan peribahasa-peribahasa di atas juga sejalan dengan firman-firman Allah dan hadist-hadist Nabi saw untuk selalu bekerja keras dalam menggapai cita-cita. Juga sesuai dengan doa yang selalu kita panjatkan agar kita diberi kebahagiaan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat dan dijauhkan dari siksa azab kubur. Kebahagian dunia dan akhirat juga harus dicari dengan kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved