LIBaS

Pengujian

UJIAN selama ini diasosiasikan sebagai suatu keadaan di mana di meja kita disodorkan beberapa soal

Editor: bakri

UJIAN selama ini diasosiasikan sebagai suatu keadaan di mana di meja kita disodorkan beberapa soal untuk diisi sesuai pertanyaan yang diajukan. Kegiatan menguji diharapkan dapat mengetahui kualitas siapa diri kita yang tercermin dari soal-soal yang diujikan.

Dalam ujian seperti ini, kita bisa saja dihadapkan pada sejumlah pilihan model soal seperti, multiple choise dan esay. Dua model ini dapat juga mengukur sejauh mana kecerdasan atau kemampuan kita pada suatu persoalan.

Istilah uji atau ujian berbeda dengan kata pengujian. Meski sama dari asal kata uji, namun pengujian lebih bermakna pada proses, cara, dan perbuatan menguji seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, kita kerap mengatakan sesuatu yang menimpa kita baik itu kesenangan atau kesusahan adalah ujian dari Allah Swt.

Pengujian sesungguhnya merupakan cara Allah Swt menguji manusia atau proses bagaimana ujian itu dibebankan kepada kita. Karena itu sebuah proses, maka biasanya pengujian yang kita alami dari Yang Maha Kuasa memerlukan proses kesabaran untuk bergerak lebih baik keluar dari pengujian itu sendiri.

Dalam proses pengujian, kita tidak dibenarkan diam terpaku menerima proses ujian tersebut. Tetapi harus bergerak terus mengiringi proses ujian yang sedang menimpa. Pengujian berupa kesusahan, tidak boleh diterima dengan pasrah tetapi diiringi dengan bekerja sedikit demi sedikit untuk keluar dari kesusahan itu.

Pada proses pengujian itu, Allah Swt juga menimpakan ujian kepada seseorang yang sifatnya pribadi, kelompok, dan umum. Dalam konteks Aceh, kita pernah menerima ujian umum di mana semua rakyat Aceh merasakan pahitnya ujian semasa konflik dan tsunami yang sipatnya final, berlaku ke semua orang, termasuk Gempa di Gayo. Pada ujian umum tersebut, ada juga pribadi-pribadi yang secara khusus menerima ujian kehidupan di tengah ujian umum yang dialami rakyat Aceh ketika itu. Ada pribadi-pribadi yang kehilangan saudara, anak, dan istri dalam ujian yang hampir dirasakan banyak orang ketika itu. Termasuk juga musibah tsunami yang merupakan ujian ‘final’ bagi semua rakyat Aceh 26 Desember 2004.

Pengujian yang Allah Swt berikan kepada Rakyat Aceh adalah proses menuntun kepada keadaan yang lebih baik. Menerima keadaan ujian semasa tsunami dan konflik tidak menuntut kita diam diri, tetapi bergerak keluar dari ujian untuk lebih baik dari keadaan ketika ujian itu berlangsung.

Ada banyak ujian pribadi yang mungkin tidak mengemuka ke publik yang dirasakan rakyat Aceh ketika itu. Ada banyak orang yang berusaha keluar dari ujian pribadi di tengah ujian umum tersebut dan sukses keluar dari lingkaran pengujian tersebut.

Begitu juga dengan kita saat ini, ketika ujian sipatnya pribadi menimpa, misal berupa kesusahan, kebangkrutan dalam berbisnis, maka berusahalah agar bisa keluar dari ujian itu tanpa merepotkan orang lain di sekitar kita. Terus berbuat menata kembali pondasi-pondasi bisnis yang rontok dalam proses ujian yang kita alami, sehingga secara perlahan tetapi pasti kita dapat keluar dari ujian tersebut.

Nah, dalam proses keluar dari ujian itulah kita akan memahami bahwa pengujian yang Allah Swt berikan untuk kita merupakan kabar gembira untuk kita yang bersabar dalam menghadapi ujian.

“Dan aku pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah/2:155).

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved