Pilkada Subulussalam
Keramaian di Kampung Raja Sultan Daulat
DESA Namo Buaya yang terletak sekitar 13 kilometer dari pusat Kota Subulussalam, mendadak ramai dan menjadi incaran para tim sukses calon
DESA Namo Buaya yang terletak sekitar 13 kilometer dari pusat Kota Subulussalam, mendadak ramai dan menjadi incaran para tim sukses calon wali kota/wakil wali kota Subulussalam. Saban hari, mereka hilir mudik masuk ke desa yang juga dikenal dengan nama Batu-batu ini.
Sejumlah warga Namo Buaya yang ditemui Serambi mengatakan, keramaian di desamereka mulai terasa hanya beberapa jam pasca putusan MK yang memerintahkan pemungutan suara ulang di desa mereka. Sejumlah tim sukses terus yang didominasi kaum hawa, langsung bergerilya mendekati kaum ibu dan gadis.
Mereka tak segan-segan menyisir satu per satu rumah warga untuk digarap agar memilih pasangan tertentu. Siang malam desa Namo Buaya tak pernah sepi dari gerilya para tim sukses.
“Ke rumah saya ini juga sudah ada beberapa tim sukses yang datang. Demi menjaga perasaan mereka, saya iyakan saja, kalau ditolak mentah-mentah nanti mereka tersinggung, walaupun sebenarnya di hati saya sudah ada yang menjadi pilihan,” terang sorang warga Namo Buaya yang berusia 55 tahun.
Saat Serambi bersama sejumlah wartawan lainnya berkunjung ke Namo Buaya, terlihat beberapa kelompok warga yang berkumpul di warung-warung kopi. Menurut informasi, warung-warung juga menjadi lokasi untuk mengajak warga dalam pilkada mendatang.
Kendati demikian, sejumlah warga mengatakan belum dapat memastikan kemana mayoritas penduduk Namo Buaya menyalurkan suaranya. Sebab, di desa tersebut dua dari empat pasangan calon wali kota/wakil wali kota memiliki kans yang imbang. “Kalau soal siapa yang kuat di sini susah diprediksi, karena kedua pasangan ini sama-sama memiliki pendukung yang kuat,” timpal warga lainnya.
Desa Namo Buaya atau Batu-batu ini terletak sekitar 13 kilometer dari pusat Kota Subulussalam. Desa tersebut terletak persis di jalan Negara lintasan Tapaktuan-Medan, Sumatera Utara. Dulu, pada era 1980-an, Namo Buaya terkenal sebagai penghasil kopi terbesar di daerah tersebut.
Bahkan hingga kini, tanaman kopi masyarakat masih ditemui dibantaran sungai yang melintas di sana. Namo Buaya juga merupakan kawasan kepemimpinan Raja Sultan Daulat atau Raja Batu-Batu yang kini dinobatkan sebagai pahlawan daerah. Pusara Raja Sultan Daulat terdapat di Desa Namo Buaya, tepatnya dusun Rikit sekitar lima kilometer dari permukiman penduduk.
Bahkan, nama desa ditabalkan sebagai Namo Buaya karena di sana terdapat sebuah danau yang dulunya dihuni oleh sekumpulan buaya. Namo berarti Danau dan dihuni oleh buaya. Konon, di danau tersebut juga dikabarkan sebagai tempat penghukuman bagi rakyat semasa zaman kerajaan Sultan Daulat.
Kini desa Namo Buaya menjadi “emas” yang diperebutkan para konstestan di ajang pemungutan suara ulang pilkada Subulussalam mendatang. Desa ini pula yang akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di kota yang dimekarkan pada, 2 Januari 2007 silam.(khalidin)