Serambi Kuliner
Rujak Alami Tanpa Pemanis
TANGANNYA terus bergerak memegang pisau dapur mengupas berbagai jenis buah-buahan segar

Lincah Mameh Kutablang (2)
RAGAM rujak kita kenal di Aceh. Ada lincah tektek, ada juga lincah cilet. Namun, yang lebih familiar dengan lidah masyarakat Aceh adalah lincah mameh. Pada Serambi Kuliner edisi 30 November 2013 lalu, telah diuraikan salah satu kawasan yang dikenal dengan keberadaan lincah mameh di Kecamatan Kutablang, Bireuen. Ketenaran lincah mameh ini bahkan kian mengenalkan kanekaragaman kuliner di kabupaten seluas 1.899 KM tersebut. Rasa manis yang disajikan dari lincah mameh ini melekat di lidah pendatang maupun penduduk di sana. Pada Serambi Kuliner edisi Sabtu ini, Ferizal Hasan menyajikan rasa manis alami lincah mameh Kutablang.
TANGANNYA terus bergerak memegang pisau dapur mengupas berbagai jenis buah-buahan segar. Di dalam baskom besar tampak berbagai buah segar yang telah dikupas kulitnya. Di antaranya mangga, mentimun, nenas, pepaya, jeruk bali, kuini, mancang, bengkuang, sawo, jambu, dan jeruk. Sementara di dalam karung terlihat juga beragam buah yang belum dikupas. Buah-buahan tersebut khusus disiapkan untuk dibuat rujak manis.
Tapi, sebelum jadi rujak, buah yang sudah dikupas itu diparut hingga halus. Lalu dimasukkan ke dalam baskom besar, ditambah gula pasir putih dan air secukupnya.
Pemilik usaha warung rujak manis Kutablang, Jafar, turun tangan sendiri untuk menyiapkan bahan yang akan diracik menjadi lincah mameh itu. Pria yang akrab disapa Pak Guru itu terlibat mengupas dan memarut aneka buah tersebut, dibantu adik dan dua keponakannya.
Sementara para pengunjung terus berdatangan ke warung sederhana berdinding papan dan beratap seng tersebut. Beberapa kendaraan roda dua dan roda empat tampak parkir di depan warung rujak manis itu. Cuaca terik di tempat sederhana ini nyaris penuh dengan orang-orang yang berdatangan, untuk duduk santai menikmati minuman khas yang dijajakan di sana.
Ya, segelas rujak manis alami tanpa campuran pemanis buatan dijual di sisi jembatan rangka baja Kutablang. Berjarak 10 meter di sebelah kanan dari Jalan Banda Aceh Medan, warung rujak yang dikenal dengan lincah mameh Kutablang itu hanya menjual rujak manis alami yang mengandalkan gula asli tanpa campuran.
Manisnya legit dan sangat terasa di lidah. Rasa buahnya pun sangat mantap dan nikmat karena buah-buahannya masih segar. “Bila minum satu gelas belum puas. Saya sudah minum dua gelas. Apalagi harganya pun murah meriah,” kata Iswahyudi, salah seorang pelanggan yang ditemui Serambi, saat menikmati rujak manis Kutablang tersebut.
Bila ingin menikmati lincah mameh sambil melihat seni meraciknya, bisa langsung datang ke gerai lincah mameh Pak Guru di Kutablang. Selain bisa menikmati kelezatan lincah mameh, di sini juga bisa menikmati suasana di pinggiran kali Kutablang. Dijamin, tak akan menjemukan berada di lokasi ini. Dan, pastinya, khusus kuliner yang satu ini, tak dapat diperoleh di kabupaten lain.(*)