Serambi MIHRAB

Ini Kunci Keberhasilan Pelaksanaan Syariat Islam

Mengenalkan Allah Swt dalam kehidupan bermasyarakat merupakan satu kunci keberhasilan pemberlakuan syariat Islam di Aceh

Editor: bakri

BANDA ACEH - Mengenalkan Allah Swt dalam kehidupan bermasyarakat merupakan satu kunci keberhasilan pemberlakuan syariat Islam di Aceh. Jika hal ini tidak dilakukan, maka langkah berikutnya pun sulit dilakukan para pengambil kebijakan di provinsi ini.

Ada lima tahapan yang dapat dilakukan agar kampanye penegakan syariat Islam dalam masyarakat dapat diterima dengan baik dan tidak menimbulkan fitnah. Masyarakat pun dengan sendirinya menerima dengan ikhlas, bukan malah mencemooh dan membencinya.

Demikian beberapa hal yang disampaikan Tgk Abdurrahman Ibnu Umar, Direktur Global Ikhwan wilayah Sumatera-Aceh. Dai yang kerap berdakwah hingga ke Papua dan beberapa negara ASEAN itu, mengulasnya dalam kajian dan diskusi rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Banda Aceh, Rabu (11/2) malam.

Ia menjelaskan, kelemahan penerapan syariat Islam di Aceh justru disebabkan sebagian masyarakatnya menerapkan syariat justru dengan cara-cara yang melanggar syariat. “Ini banyak terjadi, lihat saja bagaimana orang menunggu saat yang tepat menggerebek orang mesum. Ini banyak terjadi, seharusnya ia cegah sebelum terjadi,” ujarnya.

Persoalan yang utama, katanya, kita juga tidak memulainya dengan iman. Sejarah mencatat, kebijakan ini sering disebut-sebut diberi dari Pemerintah Jakarta. Tetapi, katanya, masyarakat Aceh pun jangan diam dengan kondisi pemberian itu.

“Umpamakanlah kita dilempar buah apel, sambutlah apel itu. Kita bersihkan, kita cuci, kita hidangkan dengan baik. Sajikan semenarik mungkin pemberian itu. Begitu juga pemberian kebijakan syariat ini. Sebab sesungguhnya ini pemberian dari Allah Swt untuk ita,” katanya.

Jika pemberian ini dan dianggap sebagai langkah politik, maka kata Tgk Abdurrahman Ibnu Umar, masyarakat harus merawat dan menyajikannya dengan baik. Bukan sebaliknya, justru memperkeruh keadaan.

Hal itu pun, kata dai kelahiran Bebesan, Aceh Tengah ini, nantinya akan berdampak buruk bagi citra Islam itu sendiri. “Jika tidak berhasil kita di Aceh, ya mereka sorak dan akan mencemooh kita. Jadi, harus kita rawat dan sajikan sebaik mungkin syariat ini. Dengan demikian semua senang dan takjub termasuk non muslim akan merasa aman dengan syariat,” ujarnya.

Pemerintah Aceh, menurut Tgk Abdurrahman harus memudahkan masyarakat dalam mendapat akses pendidikan yang baik. Dengan pendidikan yang baik, katanya, masyarakat lebih mudah diarahkan.

Selain itu, penyediaan lapangan pekerjaan yang memudahkan masyarakat mendapat pekerjaan yang halal juga patut disiapkan pemerintah Aceh. Langkah-langkah tersebut, kata dai yang lebih kental berdialek Malaysia ini, dapat diatur kembali sehingga target yang diharapkan masyarakat Aceh akan tercapai.

Ia pun mengimbau Pemerintah Aceh dapat memaksimalkan sarana kebaikan bagi masyarakat. Masyarakat mudah mengakses kebaikan, bukan sebaliknya. “Tutuplah dengan perlahan dan batasi segala pintu-pintu kemaksiatan,” ujarnya.

Pada bagian akhir, Tgk Abdurrahman mengatakan, semua tahapan-tahapan itu akan berhasil jika pemimpinnya bertakwa dan disokong para ulama sebagai penasihat yang memberikan masukan kebaikan. “Lihat bagaimana pemimpin terdahulu semasa era keemasan Aceh selalu ada di belakang mereka itu para ulama sebagai penasihat kerajaan,” katanya.

Pengajian yang diawali dengan puji-pujian lantunan shalawat dan penampilan grup Nasyid Generasi Harapan itu, merupakan kali pertama dilaksanakan pada diskusi rutin tersebut. Begitu pun, kajian ditutup dengan doa dan penampilan grup nasyid khas Malaysia itu.(ari)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved