Serambi MIHRAB
Nilai Edukasi Lailatul Qadar
TANPA terasa Ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat dan maghfirah, hampir memasuki masa-masa
Oleh Dr. Saifullah Isri, MA. Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, Banda Aceh
TANPA terasa Ramadhan, bulan yang penuh dengan rahmat dan maghfirah, hampir memasuki masa-masa penghujung. Khususnya untuk orang-orang yang merindukan Ramadhan setiap tahunnya bahkan setiap nafas berhembus, berakhirnya bulan kemuliaan ini dianggap sebagai perpisahan yang mengharukan karena ia khawatir apakah masih akan diperkenankan oleh Allah Swt untuk bertemu dengannya di tahun mendatang ataukah tidak?
Secara bahasa Lailatul Qadar adalah satu malam yang khusus terjadi di bulan Ramadhan. Ayat Alquran yang pertama sekali diturunkan adalah pada malam ini. Malam ini disebut di dalam Alquran lebih baik dari pada seribu bulan. Allah swt berfirman: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 1-5).
Allah melalui firman-Nya dalam Alquran sebagaimana makna yang tertera di atas, menginformasikan kepada kita tentang adanya Lailatul Qadar dan nilai-nilai edukasinya. Paling tidak ada tiga nilai edukasi dalam Lailatul Qadar, yaitu: Pertama, malam turunnya Alquran; Kedua, malam yang kemuliaannya lebih baik dari pada seribu bulan, dan; Ketiga, malam turunnya para malaikat ke bumi.
Dari ketiga nilai edukasi Lailatur Qadar tersebut agaknya dapat kita korelasikan satu sama lainnya menjadi satu kesatuan yang sangat istimewa. Hakikatnya malam itu merupakan suatu malam yang dinyatakan oleh Allah Swt sebagai malam nuzulul Quran (turunnya Alquran). Kita selama ini meyakini bahwa Alquran sebagai wahyu Ilahi Rabbi yang dibawa oleh malaikat Jibril dan disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. Sehingga kita dapat memahami dan mencerdasi kembali mengapa Allah menyatakan bahwa Lailatul Qadar adalah malam turunnya malaikat ke bumi, yakni turunnya Malaikat Jibril guna untuk menyampaikan risalah (Alquran) kepada Nabi Muhammad saw.
Sungguh ini merupakan nilai edukasi yang sangat cerdas untuk kita pahami guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita pada Allah swt. Apabila fenomena ini dipahami secara kontekstual kekinian, sungguh malam Lailatul Qadar ini merupakan malam dimana para malaikat di bawah komando Malaikat Jibril turun ke bumi guna menyampaikan “wahyu” atau ilham kebaikan kepada umat Nabi Muhammad saw yang mencarinya.
Dengan diturunkannya wahyu Alquran oleh Allah melalui perantaraan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw di bumi, maka sebagai pertanda rahmat yang sangat agung, karena dengan mengimani kebenaran Alquran dan menjadi hudan (petunjuk) untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Oleh karenanya, Allah menyebutkan nilai-nilai edukasi yang terdapat dalam Lailatul Qadar adalah malam yang kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa barangsiapa yang mengimani Alquran dan menjadikannya sebagai petunjuk dalam kehidupannya, maka sungguh ia akan memperoleh kemuliaan yang sangat tinggi di sisi Allah Swt, bahkan akan melampaui usianya sendiri yang umumnya tidak lebih dari seribu bulan (83 tahun). Kemuliaannya melampaui seribu bulan, karena kebaikannya di dunia selalu hidup dikenang dan terlebih di akhirat akan mendapat balasan terbaik yaitu surga yang abadi.
Peristiwa besar
Secara spesifik, penulis mencoba untuk mencerdasi ketiga nilai edukasi Lailatul Qadar tersebut secara terpisah, meskipun kemudian juga saling melengkapi satu sama lainnya: Pertama, malam Nuzulul Quran (turunnya Alquran). Turunnya Alquran merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya untuk penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya Alquran merupakan turunnya hudan, yaitu petunjuk yang akan menunjuki manusia kepada jalan yang baik dan benar (sirathal mustaqim), baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.
Substansi turunnya Alquran adalah turunnya nur, yakni cahaya yang akan menyinari seluruh alam jagat raya ini, sehingga terbebas dari kegelapan dan kedurjanaan zaman. Dalam konteks yang lain turunnya Alquran yakni sama dengan turunnya syifa, yaitu obat penawar dari segala penyakit yang diderita oleh manusia, terutama penyakit hati (sakit mental). Turunnya Alquran juga merupakan turunnya zikir, yaitu peringatan yang akan mengingatkan manusia agar tidak melalaikan kewajibannya kepada Tuhannya, juga kewajiban kepada sesama dan alam sekitarnya.
Kedua, malam yang Kemuliaannya melebihi seribu malam. Lailatul Qadar dapat dipahami sebagai malam penentuan dan penetapan (qadr) rencana, strategi dan sikap untuk meraih kesuksesan hidup di masa yang akan datang, baik untuk kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat, bukankah ini merupakan kemuliaan yang tanpa batas, melebihi dari seribu bulan? Kemuliaan yang didasari oleh keimanan, ilmu dan amal shalih yang diperoleh oleh manusia bukan saja efektif di dunia ini akan tetapi juga di saat yang bersangkutan telah meninggalkan dunia, bahkan di akhirat nanti.
Ketiga, malam Turunnya Para Malaikat ke Bumi. Dari Anas ra berkata, Rasulullah saw bersabda: “Pada malam lailatul qadar, malaikat Jibril turun ke dunia untuk memimpin para malaikat lainnya, kemudian mendoakan kebaikan kepada siapa saja yang berdiri (menegakkan shalat), atau duduk berzikir untuk mengingat Allah.”
Berdasarkan dari hadis di atas dapat dipahami bahwa dengan turunnya para malaikat ke bumi ini maka seluruh alam sejagat raya ini akan penuh dan sesak dengan para malaikat untuk mendoakan dan bermunajat kepada Allah Swt, hanya saja para malaikat itu bukan menjelma seperti manusia, namun dalam bentuk ruh.
Dengan demikian di saat malaikat turun dan memenuhi bumi, maka yang mendominasi bumi saat itu adalah makhluk yang taat dan selalu berbuat baik. Pastinya saat itu ilham-ilham kebaikan (yang di bawa oleh malaikat) juga tersebar dan mendominasi di seluruh bumi. Oleh karena bumi sudah dipenuhi oleh makhluk yang taat, maka tidak ada batas ruang dan waktu bagi makhluk lain yang inkar dipermukaan bumi ini, karena bumi telah di dominasi oleh ilham-ilham kebaikan (yang di bawa oleh malaikat), maka tidak ada sisa bagi ilham-ilham yang buruk (yang disebar oleh setan)
Dalam kondisi yang sangat kondusif seperti itulah, maka manusia kembali berada dalam kebaikan, kesalehan, kedamaian dan ketaqwaan. Hal ini dapat terjadi karena saat itu ilham yang ada di bumi dipenuhi oleh ilham-ilham kebaikan yang dibawa oleh para malaikat yang memadati bumi. Dalam kondisi seperti ini kita telah bertemu, bahkan memperoleh Lailatul Qadar. Secara pribadi pastinya kita sudah merasakan kedamaian, dan memperoleh kemenangan dalam mengggapai ridha Allah swt. Sungguh ini merupakan harapan dari kita semua, kiranya kita termasuk dari golongan-golongan dan individu yang mendapat Lailatul Qadar. Amin ya rabbal ‘alamin. (email: saiful.isri@gmail.com)