Cakrawala
Zaini dan Muzakkir Milik Rakyat Aceh, Bukan Golongan Tertentu
Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh seharusnya menjadi milik masyarakat Aceh keseluruhan, bukan hanya milik...
Penulis: Eddy Fitriadi | Editor: Eddy Fitriadi
Laporan Eddy Fitriady | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Klaim retak tak retak hubungan para pertinggi Partai Aceh memang bukan hal yang urgen dan patut diperdebatkan. Awalnya, isu keretakan itu merebak dari pernyataan Tuha Peuet partai lokal itu, Zakaria Saman kepada awak media.
"Bila PA retak, itu urusan mereka, bukan urusan saya. PA memang sudah retak sejak pemilu legislatif dan pemilu presiden kemarin." Begitu kurang lebih pernyataan 'Apa Karia',
Sementara Wali Nanggroe, baru-baru ini membantah keretakan itu dan menganggap hal tersebut biasa saja. "Pengurus Partai Aceh masih kompak dan akur," ujar Malik.
Menanggapi hal itu, Didi, seorang penelepon yang berpartisipasi dalam Cakrawala SerambiFM mengatakan, Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh seharusnya menjadi milik masyarakat Aceh keseluruhan, bukan hanya milik oknum atau golongan tertentu. "Zaini dan Muzakkir itu milik rakyat Aceh, jadi semestinya berbuat untuk semua masyarakat. Coba kesampingkan ego pribadi atau golongan, membangun Aceh sesuai harapan masyarakat," jelasnya.
Dia menambahkan, ada aroma perang dominasi para petinggi partai yang menyeruak ke publik. "Kami yang awam melihat, sepeninggal Hasan Tiro, partai ini seperti kehilangan sosok panutan, sehingga terjadilah perang dominasi sesama petingginya," ujar dia, Rabu (12/8/2015).
Dalam Cakrawala edisi Rabu, 12 Agustus 2015, tim menghadirkan Wakil Redaktur Pelaksana Serambi Indonesia, Asnawi Kumar dipandu Nico Firza. Topik kali ini berjudul "Retak atau tak Retak, Aceh Perlu Kesejukan."
Asnawi Kumar mengatakan, kondisi 'tak bersahabat' yang ditunjukkan Gubernur dan Wagub beberapa saat lalu itu harus segera diakhiri agar tercipta suasana yang menyenangkan. "Kita berharap, retak tak retak situasinya tetap sejuk. Hal ini penting demi optimalisasi pemerintahan," ujarnya.
Menurutnya, dunia internasional mengaku bahwa Aceh sudah berdamai, bahkan dijadikan contoh oleh negara berkonflik. "Seperti dikatakan Pieter Feith (Ketua AMM), banyak negara berkonflik yang saat ini belajar banyak dari Aceh," tandasnya.(*)