Peneliti: Haloban Suku Ke-9 di Aceh

Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Banda Aceh telah melakukan penelitian deskriptif selama satu

Editor: bakri

BANDA ACEH - Balai Pelestarian Nilai Budaya (BNPB) Banda Aceh telah melakukan penelitian deskriptif selama satu minggu di Pulau Haloban, Aceh Singkil. Dari hasil riset tersebut, tim peneliti yang berjumlah enam orang sampai pada kesimpulan sementara bahwa komunitas Haloban yang berada di Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, layak disebut sebagai suku.

Bila para ahli dan Gubernur Aceh nantinya sepakat menerima komunitas Haloban sebagai suku, maka mereka akan menjadi Haloban sebagai suku kesembilan di Aceh.

Penelitian yang dilakukan Agustus lalu ini dipimpin Kepala BPNB Banda Aceh Irini Dewi Wanti SS, MSP dengan anggota tim terdiri atas Titik Lestari, Piet Rusdi, Angga, Gustanto, dan Amrul Badri. Seluruhnya dari BPNB yang berkantor di Gampong Mulia, Banda Aceh.

“Dari aspek bahasa, budaya (termasuk adat istiadat), dan latar belakang terbentuknya suku ini memang beda dengan suku-suku lainnya yang ada di Aceh,” kata Irini Dewi Wanti menjawab Serambi di Banda Aceh, Selasa (3/11).

Menurut wanita yang akrab dipanggil Rini itu, selama ini di Aceh hanya dikenal delapan suku, yakni suku Aceh, Alas, Gayo, Tamiang, Singkil, Simeulue, Anuek Jamee, dan Kluet. Dalam waktu dekat BNPB Banda Aceh akan mengusulkan kepada Gubernur Aceh supaya mempertimbangkan dan menetapkan Haloban sebagai salah satu suku yang ada di Aceh, di luar delapan suku yang telah ada. Bila rencana ini terkabul, maka suku Haloban akan menjadi suku ke-9 di Aceh.

Untuk itu, kata Rini, hasil penelitian tim yang dipimpinnya itu akan segera disosialisasikan dan diseminarkan. Pihaknya akan mengundang antropolog, sejarawan, budayawan, dan akademisi untuk membahas dan mengomentari hasil riset mereka. “Kalau semua pihak sudah sepakat bahwa Haloban adalah suku, maka BNPB Banda Aceh akan segera menyurati Gubernur Aceh untuk menetapkan komunitas Haloban sebagai suku di Aceh, sekaligus akan menambah jumlah suku di Indonesia,” kata Rini.

Pulau Haloban yang eksotik disebut juga Pulau Tuwanku, pulau terbesar di antara 99 pulau di gugus Kepulauan Banyak, Aceh Singkil. Haloban terdiri atas dua desa, yakni Desa Haloban dan Asantola. Amatan Serambi, bahasa Haloban memang berbeda dengan bahasa Anuek Jamee maupun Alas yang juga digunakan di Singkil. Kelapa yang dalam bahasa Anuek Jamee disebut karambi, atau niorkh dalam bahasa Singkil/Ulu, dalam bahasa Haloban justru disebut wonol. Tapi penutur bahasa Haloban saat ini kurang dari 2.000 orang.

Menurut para peneliti, suku Haloban berbeda dengan suku Aceh, juga berbeda dengan suku Nias maupun Batak. Bahkan berbeda dengan suku Singkil, meski Haloban sendiri secara geografis berada di Kabupaten Aceh Singkil.

“Kesimpulan kami, suku Haloban adalah suku yang terbentuk dari hasil akulturasi (tumbuh dan berkembang bersama-red) lima suku, yakni Minang, Simeulue, Nias, Batak, dan Aceh. Sebelum abad 18, komunitas Haloban sudah berdiri sendiri sebagai sebuah entitas. Malah sudah punya kerajaan tersendiri yang terpisah dari Kerajaan Batu-batu di Singkil daratan,” ujar Kepala BPNB Banda Aceh Irini Dewi Wanti. (dik)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved