Kisah Kartu di Kalung Din Minimi

PERISTIWA turun gunungnya pemimpin kelompok bersenjata Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi yang dijemput langsung

Editor: hasyim
Anggota Komite III DPD RI asal Aceh, H Sudirman atau yang akrab disapa Haji Uma, bersilahturahmi ke rumah Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi di Gampong Ladang Baroe, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Jumat (1/1. SERAMBI/SENI HENDRI 

PERISTIWA turun gunungnya pemimpin kelompok bersenjata Nurdin bin Ismail Amat alias Din Minimi yang dijemput langsung oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen (Purn) Sutiyoso, masih menyisakan sejumlah cerita. Di antara adalah mengenai secarik kain hitam yang melilit di lengan kanan, serta kartu yang menggantung di kalungnya.

Keberadaan dua benda ini menjadi pembicaraan publik karena terus terlihat dalam setiap foto maupun video yang dirilis media lokal, nasional, hingga internasional. Namun, kain hitam yang dililit di lengan kanan Din Minimi, mulai menghilang sejak dua hari terakhir.

Ketika hari pertama ditemui wartawan di rumahnya, keberadaan kain hitam ini cukup menarik perhatian. Saat ditanya tentang kegunaan kain itu, Din Minimi hanya tersenyum dan menjawab “Itu nanti kita jawab.”

Kemarin, Jumat (1/1), ketika disambangi Anggota DPD RI, Sudirman alias Haji Uma, kain hitam itu sudah tidak ada lagi di lengan Din Minimi. Bajunya pun kini sudah berganti dengan yang lebih baru. Din, tidak lagi menggunakan baju loreng tanpa lengan serta logo Buraq Singa di dada, yang menjadi ciri khasnya selama ini.

Kain hitam memang sudah tidak ada lagi, tapi kartu berwarna dasar biru masih menggantung di lehernya. Kartu itu masih terlihat saat Anggota Komite III DPD RI asal Aceh, H Sudirman bertandang ke rumah Din Minimi di Gampong Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur, Jumat (1/1).

“Ini kartu milik Mr Juha yang diberikan kepada saya waktu Mr Juha dan Kepala BIN Lentan Jenderal TNI (Purn) Sutiyoso menjemput saya pulang ke rumah dari hutan,” ujar Din Minimi menjawab Serambi perihal kartu tersebut.

Ditanya manfaat kartu tersebut bagi dirinya, Din mengatakan bahwa kartu itu sebagai bukti adanya keterlibatan pihak asing dalam proses perdamaian yang melibatkan dirinya ini.

Amatan Serambi, di kartu itu tercantum logo dan tulisan United Nations. Juga tertera foto Juha Christensen. Statusnya sebagai Finland Adviser. Masa berlakunya hingga 18 November 2011.

Curhat
Anggota DPD RI, Sudirman mengatakan, selaku wakil rakyat Aceh di Pusat, ia harus mengetahui langsung permasalahan yang terjadi di daerah asalnya, apalagi kasus ini sudah menyedot perhatian di tingkat nasional. “Selaku wakil rakyat Aceh, tentunya saya harus mengetahui langsung persoalan ini dari sumber utamanya. Nanti akan dibahas di DPD RI,” ujar pria yang terkenal dengan nama Haji Uma dalam serial komedi Aceh, Eumpang Breuh.

Din Minimi pun kemudian mencurahkan isi hanya kepada Haji Uma. Ia mengaku kecewa karena program reintegrasi yang merupakan konsekuensi dari perdamaian Aceh tidak berjalan tepat sasaran.

“Inong balee dan anak yatim datang mengadu kepada saya. Oleh karena itu saya berharap apa yang telah saya perjuangkan ini semoga terwujud. Saya kembali (turun gunung), karena Kepala BIN Bapak Sutiyoso, dan Mr Juha, serta Presiden telah merespon dan menyambut baik tuntutan saya demi bangsa saya,” ujarnya.

Haji Uma mengharapkan agar peristiwa seperti ini tidak akan terulang lagi. “Semoga ini hanya sekali terjadi, karena jika angkat senjata itu efeknya tidak nyaman dan masyarakat juga tidak nyaman,” ujarnya.  

Saat Haji Uma bertanya bagaimana kesepakatan dengan pihak BIN, Din Minimi mengaku kesepakatan yang terbangun dengan BIN sangat baik demi terwujudnya kesejahteraan. Sementara terkait amnesti yang akan disebut-sebut akan diberikan oleh Presiden, Din Minimi mengatakan saat ini pihaknya sedang mendata nama-nama anggota untuk diusulkan.

Din Minimi juga mengakui bahwa tiga mantan anggotanya sampai saat ini masih berada di hutan. “Benar tiga anggota saya sampai saat ini masih di hutan, ketiganya terpencar saat lima bulan lalu terjadi kontak tembak di Tangse, mulai pukul 07.00-14. 00 Wib. Mereka sandinya adalah Belot, Gondrong, dan Anak Timur. Bersama mereka waktu itu ada tiga pucuk senjata api, yaitu satu jenis AK-56, dan dua pucuk AK-47. Hingga saat ini saya tidak pernah berkomunikasi dan saya tidak tahu di mana keberadaan mereka. Namun sepengetahuan saya ketiga mereka itu masih hidup,” ungkap Din Minimi.

Sambungnya, waktu itu paska kejadian kontak tembak berdasarkan informasi dari masyarakat Gondrong terkena tembakan di bagian tangan. Mereka diperkirakan masih hidup, tetapi keberadaannya tidak diketahui. “Tetapi saya tetap bertanggung jawab bahwa ketiga mereka tetap merupakan anggota saya,” ujar Din Minimi.

Din Minimi juga menyebutkan berusaha mendapatkan link tingkat nasional karena Kapolda Aceh dan Gubernur menolak tegas tuntutan mereka saat proses dialog yang dilakukan oleh YARA, AAA, dan AHF.

Sementara itu, Ketua Acheh Australia Association (AAA), Tgk Syekhi yang sudah tiga hari berada di rumah Din Minimi menyebutkan, pihaknya sejak beberapa waktu lalu berusaha memfasilitasi dialog antara Din Minimi dengan Pemerintahan Aceh, namun karena terus mendapat penolakan. Hingga usaha mewujudkan dialog ini disambut oleh BIN dan Presiden.

“Kami selaku pihak yang memediasi sangat menyayangkan kenapa Pemerintah Aceh yang merupakan orang kita sendiri, panglima kita sendiri, kenapa tidak merespon secara positif. Justru orang lain yang kita anggap sebagai Pemerintah Pusat yang memberikan solusi yang baik,” ujarnya.

Bantah menculik
Din Minimi membantah keras saat wartawan mengonfirmasi tuduhan penculikan bermotif tebusan yang dialamatkan kepadanya. “Siapa yang pernah saya culik dan saya minta uang, coba tunjukkan orangnya kepada saya. Apakah pernah orang itu melihat wajah saya. Selama di hutan saya tidak bebas berkeliaran, saya hanya di hutan saja, sembahyang, dan berzikir,” katanya.

“Tidak benar kami terlibat menculik seperti yang dituduhkan. Makanya saya libatkan pihak asing dalam perdamaian ini, supaya dikemudian hari saya tidak dikaitkan dengan tudingan penculikan bermotif tebusan tersebut.”

“Kepala BIN dan Mr Juha datang langsung ke markas saya di hutan untuk menjemput dan membawa saya pulang ke rumah. Ini buktinya saya terbuka, jangan diduga saya merahasiakan ini itu,” ujarnya.(c49)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved