Populasi Janda dan Duda Muda Terus Meningkat di China
Pasangan yang bercerai tersebut mayoritas lahir di tahun 80-an.
SERAMBINEWS.COM - Menurut studi teranyar di China, jumlah pasangan suami dan istri bercerari di usia 25 hingga 34 tahun terus meningkat dari waktu ke waktu.
Pasangan yang bercerai tersebut mayoritas lahir di tahun 80-an.
Studi menyimpulkan bahwa generasi yang lahir di era 80-an itu telah “menyumbang” angka perceraian paling tinggi di dataran China.
Studi menunjukkan, setengah dari pasangan menikah telah bercerai di Shaanxi Province, China Utara.
Sementara itu, di China Selatan, sebanyak 40 persen pasangan menikah berakhir dengan putusan bercerai dari peradilan pernikahan.
Semua pasangan bercerai yang lahir di usia 80-an itu disebut pos generasi 80-an di beberapa sidang perceraian.
Alasan perceraian paling besar dan mayoritas adalah intervensi orangtua masing-masing dalam kehidupan pernikahan mereka.
Selain itu, kondisi finansial yang naik turun dan tidak stabil juga pemicu terbesar dari perceraian.
Anak-anak kelahiran 80-an di China merupakan generasi yang lahir dan tumbuh sebagai anak tunggal, terkait dengan kebijakan pemerintah melarang keluarga memiliki anak lebih dari satu.
Kuang Jieyu, seorang hakim dari pengadilan di daerah Xiamen, mengatakan bahwa intervensi orangtua merupakan masalah utama dari perceraian pasangan muda.
Kondisi ini, kata Kuang, kemungkinan besar karena orangtua merasa masih memiliki peran penting terhadap anak tunggal mereka meski sudah dewasa dan menikah.
Hakim Kuang juga menyebutkan, rasa lelah dengan tekanan untuk memberikan anak lelaki, juga menjadi alasan perceraian terbanyak di posisi kedua.
Alhasil, sekarang di China, perceraian pada pasangan yang masih muda sudah bukan hal yang memalukan.
Terakhir, Hakim Kuang juga mengatakan bahwa intervensi orangtua juga merambah hingga hal-hal sepele, seperti misalnya, bentuk bunga di pesta pernikahan, katering, dan dekorasi kamar pengantin.