Menyingkap Fenomena Anak Stunting di Aceh

Bagaimana pun pemerintah harus melakukan berbagai upaya agar kasus anak stunting dan gizi buruk atau kurang gizi di Aceh dapat ditekan sekecil mungkin

Penulis: Muslim Arsani | Editor: Amirullah
TRIBUNNEWS.COM
Ilustrasi 

Padahal kolostrum atau cairan susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam waktu 24-36 jam setelah melahirkan, berwarna kuning dan kental, sangat penting untuk diberikan kepada bayi sebagai antibodi dan asupan yang paling kaya zat gizi.

Kolostrum juga berguna untuk meningkatkan metabolisme tubuh, memperbaiki sistem DNA dan RNA, merangsang pertumbuhan hormon (HGH), mengandung mineral, anti-oksidan, enzim, asam amino, vitamin A, B12, dan E. Selain itu juga berfungsi memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan jaringan tubuh.

Tapi banyak masyarakat memiliki persepsi keliru, kolostrum justru dibuang.

"Air susu ibu atau ASI saat awal melahirkan adalah amat penting bagi bayi, karenanya ASI eksklusif harus diberikan kepada bayi selama enam bulan ditambah dengan makanan pendamping ASI setelah enam bulan berikutnya," kata Penanggung Jawab Gizi Dinkes Aceh Yusniwati SKM M Kes.

Lintas sektoral

Dinas Kesehatan Provinsi Aceh berupaya keras menekan jumlah kasus anak stunting di Aceh akibat dampak dari gizi buruk dan kurang gizi.

Salah salah satu upaya Pemerintah Aceh yaitu dengan menerapkan program Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan  Gerakan Maysarakat Hidup Sehat (GERMAS). Pemerintah Aceh didukung anggaran APBN mengucurkan Rp 2 miliar untuk menjalankan program tersebut di 10 kabupaten/kota.

Program ini difokuskan pada pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil, balita serta membuka warung sehat. Menurut Yusniwati persoalan anak stunting dan gizi buruk di Aceh sangat kompleks karena berkaitan banyak hal. Mulai dari tingkat kemiskinan, penyediaan pangan, lapangan kerja, pola asuh maupun kesadaran kolektif lembaga terkait.

Misalkan bicara kemiskinan, ini sudah menjadi kewenangan instansi lain misalkan Badan Pemberdayaan Masyarakat, atau bicara soal penyediaan pangan juga harus begitu," ungkapnya.

Bagaimana pun pemerintah harus melakukan berbagai upaya agar kasus anak stunting dan gizi buruk atau kurang gizi di Aceh dapat ditekan sekecil mungkin. Jangan sampai fenomena gunung es ini membawa dampak buruk bagi penurunan tingkat kesehatan generasi mendatang.

"Solusinya, harus ada keterlibatan lintas sektoral, tidak bisa Dinas Kesehatan saja yang di depan," ujarnya. (Anshari Hasyim)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved