Subhanallah! Setelah Tsunami 2004, Ditemukan Cadangan Minyak Bumi di Aceh Melebihi Arab Saudi
Apabila cadangan minyak di Aceh ini memang terbukti, maka dapat dikatakan cadangan ini yang terbesar di dunia.
Diincar tsunami
Indonesia dikenal sebagai daerah yang rawan gempa. Salah satu penyebabnya, Indonesia merupakan salah satu titik tempat bertemunya lempeng Eurasia, Pasifik, dan Australia. Daerah yang paling rawan dilanda gempa adalah Pulau Sumatera.
Sumatera juga dilintasi sesar Semangko yang membujur dari ujung utara Sumatera di Aceh hingga Sumatera bagian Selatan di Lampung. Kondisi tersebut mengonfirmasi seringnya gempa di wilayah Sumatera dengan kekuatan 7 SR-9 SR. Jumlah nyawa dan harta tak terhitung lagi.
Gempa berskala 9,3 SR yang menghantam Aceh, 26 Desember 2004, merupakan salah satu contoh gempa terbesar selama 48 tahun terakhir yang terjadi di Sumatera karena pertemuan lempeng tersebut.
Gempa yang disusul tsunami itu, getarannya terasa sampai Malaysia, India, Sri Lanka, Maladewa, Banglades, Thailand, dan Somalia.
PBB mencatat 186.983 orang tewas akibat gempa dan tsunami itu. Adapun Geological Survey Amerika Serikat menyatakan, korban tewas 283.100 jiwa. Korban yang berada di Indonesia, utamanya Aceh, mencapai 160.000 jiwa.
(Baca: Seniman Aceh Ini Usulkan Museum Tsunami Diubah Nama Menjadi Museum Smong)
Kerusakan parah terjadi di Banda Aceh. Khusus di Simeulue sebanyak 13.022 bangunan berupa rumah, gedung sekolah, dan rumah ibadah rusak.
Secara geografis, Pulau Simeulue merupakan pulau terdepan yang berderet dengan Nias, Mentawai, dan Pagai menghadap Samudra India. Saat tsunami menggulung, pulau-pulau inilah yang paling awal dihantam.
Saat tsunami tahun 2004, tujuh korban tewas di Simeulue. Tanpa mengecilkan arti nyawa, jumlah tujuh jiwa itu terlampau sedikit jika dibandingkan dengan ratusan ribu jiwa lainnya di daerah lain.
Mengapa jumlah korban begitu minim? Apa kunci masyarakat Simeulue untuk menghindar dari amukan tsunami?
(Baca: Hasil Penelitian Gempa Pangandaran 2006, Peneliti: Tsunami Bisa Datang tanpa Peringatan)
Tak lain adalah kearifan lokal tentang smong. Orang Simeulue menyebut ombak besar dengan kata smong. Kata ini juga merujuk pada tsunami atau gulungan ombak besar yang pernah menghancurkan desa di Simeulue pada ratusan tahun lalu.
Cerita smong diduga mulai muncul setelah tsunami besar tahun 1907 di Simeulue.
Warga Simeulue kemudian memelihara cerita tentang smong ini secara turun-temurun dan secara lisan sebagai ajaran hidup: jangan sampai sanak keluarga tewas digulung smong.