Hari Ini dalam Sejarah Aceh, Panglima GAM Abdullah Syafi'i Tertembak dan Syahid Bersama Sang Istri
Teungku Lah gugur bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawalnya dalam kontak senjata dengan TNI di hutan Jim-jim, Pijay, 22 Januari 2002.
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Safriadi Syahbuddin
Dia juga dikenal sebagai sosok yang ramah dan sering menyiapkan masakan untuk pasukannya kala bulan puasa.
Saat masih hidup, Teungku Lah berpesan dengan satu wasiat yang selalu dikenang. Penggalan kalimat itu seakan memberitahu bahwa ajalnya akan tiba saat itu. Adapun wasiat tersebut:
“…jika pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah saudara merasa sedih dan patah semangat. Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah swt agar menasyhidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin memperoleh kedudukan apa pun apabila negeri ini (Aceh) merdeka…”
Begitupun ketika Teungku Lah setelah dirinya tertembak. Ia mengatakan satu kalimat pada pengawalnya, Jalaluddin, sesaat sebelum tutup usia.
"Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu),” kata Teungku Lah setelah ia tertembak dalam pertempuran bersama istrinya Cut Fatimah.(*)