Kisah Hidup Mbah Moedjair, Penemu Ikan Mujair yang Sosoknya Melegenda
Sejak 1982, sebagaimana termuat dalam Laporan Pelita IV 1984-1989, program pengembangan aneka ikan dilaksanakan
Dia pun memelihara lima jenis ikan itu di kolam pekarangan rumah.
Ternyata, satu jenis ikan berkembang cepat.
Bahkan ikan itu bisa bertelur dengan cara menyimpannya di dalam mulut hingga masa menetas jadi anak ikan.
Seiring waktu, ikan ini mendapat perhatian warga desa.
Baca: Bahaya! Lubang Menganga di Ujung Jembatan Lintas Nasional Agara-Sumatera Utara, Sudah Dua Bulan
Kabar itu sampai ke telinga Schuster, kepala penyuluhan perikanan di Jawa Timur.
Dia berkunjung ke Papungan untuk melihat ikan temuan Moedjair.
Ternyata ikan tersebut diidentifikasi sebagai Tilapia mossambica, yang berasal dari Afrika.
Dengan cepat ikan temuan Moedjair dibudidayakan karena cepat bertelur, pertumbuhannya cepat, dan mudah beradaptasi dengan segala lingkungan air mulai kolam hingga rawa-rawa.
Menurut K. F. Vaas dan A. E. Hofstede dalam Studies on Tilapia Mossambica Peters (ikan Moedjair) in Indonesia, ketika menghadiri Konferensi Ahli-ahli Perikanan Darat pada November 1939, Schuster mengemukakan mengenai ikan temuan Moedjair.
Atas temuan ini, Tilapia mossambica mendapat nama lokal: ikan mujair.
Pemerintah Hindia Belanda, tulis harian Pedoman edisi 27 Agustus 1951, mengapresiasi usaha Moedjair membudidayakan ikan mujair dengan memberinya santunan sebesar Rp 6,- per bulan.
Saat pendudukan Jepang, ikan mujair kian populer.
Pasukan Jepang, seperti tercatat dalam Tilapia: Biology, Culture, and Nutrition suntingan Carl D.
Webster dan Chhorn Lim, membawanya ke seluruh daerah untuk dibudidayakan dalam tambak-tambak.