Pelayaran Mulai Normal
Di tengah prakiraan analis BMKG bahwa cuaca Aceh masih tak bersahabat hingga Jumat (22/6) besok
* Di Singkil, Simeulue, dan Calang
SINGKIL - Di tengah prakiraan analis BMKG bahwa cuaca Aceh masih tak bersahabat hingga Jumat (22/6) besok, sejumlah pelayaran rute pendek Kamis kemarin ternyata berlangsung normal karena gelombang laut tak lagi tinggi, seperti dua hari sebelumnya.
Di Singkil, misalnya, pelayaran kapal feri dari Pelabuhan Penyeberangan Aceh Singkil di kawasan Pulau Sarok menuju Pulau Banyak, berlangsung normal. Cuaca di sana mulai membaik setelah dua hingga tiga hari sebelumnya sempat memburuk. Selain didera angin kencang dan hujan deras, gelombang laut pun tinggi mencapai 3-4 meter.
“Alhamdulillah, hari ini cuaca cukup baik, pelayaran kapal feri berjalan normal,” kata Kepala Dinas Perhubungan Aceh Singkil, Edi Hartono, kepada Serambi, Kamis (21/6).
Hal serupa disampaikan pihak Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Singkil bahwa jadwal pelayaran yang dilayani pihak ASDP kemarin berjalan normal. Termasuk kapal feri dari Simeulue menuju Singkil pun telah berlayar tanpa hantaman gelombang besar. Kendati demikian, pihak ASDP menyatakan tetap memperhatikan kondisi cuaca.
Sehari-hari Pelabuhan Penyeberangan Aceh Singkil melayani pelayaran rute Singkil-Pulau Banyak, Singkil-Simeulue, Singkil-Nias, dan sebaliknya. Pelayaran di kawasan ini, antara lain, dilayani oleh KMP Teluk Singkil dan KMP Labuhan Haji.
Di Simeulue pun normal
Cuaca yang sebelumnya ekstrem sehingga memicu gelombang tinggi di perairan Simelue, kemarin mulai kondusif. Buktinya, dua kapal feri mulai beroperasi seperti biasa di wilayah kepulauan itu.
Pantauan Serambi, Kamis (21/6) di Pelabuhan Penyeberangan Laut, Simeulue Timur, satu kapal feri sudah berlayar menuju Aceh Singkil. Kapal tersebut seyogianya berlayar Rabu (20/6) malam, tapi karena faktor cuaca maka kapal feri diberangkatkan Kamis pagi.
Sementara itu, calon penumpang dan kendaraan tak lagi terjadi penumpukan. Hanya belasan kendaraan saja yang terlihat berada di area pelabuhan penyeberangan.
Staf Operasional ASDP Perwakilan Simeulue, M Aulia Tinambunan, kepada Serambi mengatakan, jadwal pelayaran saat ini masih situasional sifatnya. Kalau tak bisa berlayarar malam seperti biasa maka kapal akan diberangkatkan pagi hari.
“Tadi pagi KMP Labuhanhaji berlayar ke Aceh Singkil. Sore harinya KMP Teluk Sinabang diberangkatkan ke Bubon Aceh Barat,” katanya kemarin.
Dengan kondisi perubahan jadwal secara tiba-tiba itu, pihak ASDP Perwakilan Simeulue sangat memaklumi kondisi calon penumpang yang akan menyeberang ke daratan Aceh. Pihak ASDP dengan cepat membuat pengumuman dikarenakan gelombang masih bergolak di perairan Simeulue.
Di Calang aman
Pelayaran kapal di perairan Calang, ibu kota Aceh Jaya, juga berlangsung aman kemarin. Terlebih setelah singgah Kapal Sabuk Nusantara 110 di Pelabuhan Calang, Kamis (21/6), dari Simuelue. Kapal dengan tujuan Sabang itu menurunkan banyak penumpang di Pelabuhan Calang dan bermalam di sana sebelum melanjutkan perjalanan menuju Kota Sabang pada Jumat (22/6) hari ini.
“Pelayaran di perairan Aceh Jaya saat ini aman, Sabuk Nusantara 110 yang berlayar di perairan Calang menepi ke pelabuhan setempat dalam kondisi aman,” kata Syahbandar KPLP Calang, Lailan, kepada Serambi kemarin.
Ia tambahkan, Sabuk Nusantara 110 akan melanjutkan pelayaran ke Sabang pada Jumat jika kondisi laut aman. Tapi jika kondisinya tak aman maka kapal tersebut akan bertahan sementara di Pelabuhan Calang.
“Kapal akan berangkat jika kondisi laut aman dan kemungkinan besar kondisi laut kini mulai membaik karena cuaca berangsur membaik,” demikian Lailan.
Nelayan belum melaut
Kendati pelayaran angkutan laut mulai normal, tapi para nelayan Aceh Jaya sejak sepekan lalu hingga Kamis kemarin belum juga melaut lantaran nelayan masih mengkhawatirkan gelombang tinggi. Tidak melautnya para nelayan, menyebabkan ikan langka di kawasan Calang dan sekitarnya. Kalaupun ada, harganya lebih mahal dari harga sebelumnya.
“Sejak musim barat nelayan kita tidak ada yang berani melaut, akibat tingginya gelombang laut,” kata Usman U, Panglima Laot Aceh Jaya, kepada Serambi kemarin.
Ia tambahkan, musim angin barat diperkirakan masih berlangsung hingga Agustus mendatang, namun dalam waktu selama itu bukan berarti nelayan tidak bisa melaut. “Tetap bisa melaut, tapi dengan aktif melihat celah musim barat. Jika ada waktu yang gelombang atau angin kencangnya reda, ya nelayan pasti melaut,” kata Usman.
Ia tetap mengingatkan para nelayan setempat untuk tetap berhati-hati dan waspada saat melaut karena secara umum kondisi cuaca di Aceh saat ini memang sedang tak bersahabat. “Tetap utamakan keselamatan. Jika masih ada yang ragu, sebaiknya tunda dulu melaut,” wejang Usman.
Tiga hari lalu, Zakaria Ahmad selaku Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Banda Aceh mengingatkan bahwa cuaca buruk masih melanda sebagian besar wilayah Aceh hingga Jumat (22/6) terutama di kawasan barat-selatan Aceh.
Cuaca buruk itu ditandai dengan hujan deras, angin kencang, puting beliung, dan gelombang laut yang tinggi sehingga mengganggu sejumlah pelayaran. Tapi faktanya kemarin kondisi peraiaran di wilayah barat-selatan Aceh mulai normal. (de/sm/c45/dik)