Tak Seperti Kartun Disney, Kisah Pocahontas Ternyata Jauh dari Kata Romantis dan Lebih Menyedihka
Kisah cintanya dengan Kapten Smith menjadi sesuatu yang romantis dan membuat siapapun ingin merasakan hal serupa.
SERAMBINEWS.COM - Siapa yang tak mengenal Pocahontas.
Kisah gadis Indian ini sudah melekat di pikiran hampir semua anak-anak di seluruh dunia.
Apalagi setelah difilmkan oleh Disney.
Kisah cintanya dengan Kapten Smith menjadi sesuatu yang romantis dan membuat siapapun ingin merasakan hal serupa.
Kenyataannya, kisah Pocahontas tak seindah dalam film.
Faktanya benar-benar jauh dari apa yang selama ini kita tonton.
Baca: Jalan Nasional Wilayah Tengah Aceh Rusak, Ini Permintaan Bupati Aceh Tenggara dan Gayo Lues
Sebagai permulaan, Pocahontas bukan nama aslinya.
Menurut sebuah biografi yang diterbitkan di situs National Park Service's Historic Jamestowne, nama sebenarnya adalah Amonute.
Dia juga memiliki nama Matoaka yang berarti “bunga di antara dua aliran.”
Dilansir TribunTravel.com dari laman thevintagenews.com, Pocahontas hanyalah nama panggilan.
Dia lahir sekitar tahun 1596 dan merupakan putri pemimpin Powhatan, penguasa 30 suku di Jamestown, Virginia.
Baca: Fotonya dan Sabrina Chairunnisa Disebar, Deddy Corbuzier Bobol DM Akun Gosip, Lihat Temuannya!
Baca: Terciduk Kirim Foto Deddy dengan Seorang Wanita ke Akun Gosip, Gadis Ini Nangis Minta Maaf
Pocahontas berusia antara 9-11 tahun ketika Kapten Smith tiba di pantai yang sekarang disebut Virginia pada 1607.
Kapten Smith ditangkap dan ditahan selama beberapa bulan.
Menurut cerita yang ditulis dan dipromosikan John Smith, ia dibawa di depan Kepala Powhatan untuk dieksekusi (demikian menurutnya).
Kepalanya ditempatkan di antara dua batu, ketika Pocahontas bergegas masuk untuk menyelamatkannya dengan menempatkan kepalanya sendiri di atas kepalanya.
Namun peneliti sejarah meragukan ucapan Kapten Smith.
Versi Smith disangkal dalam The True Story of Pocahontas: The Other Side of History, yang diterbitkan pada 2007 oleh Dr Linwood "Little Bear" Custalow dan Angela L Daniel “Silver Star” dan berdasarkan sejarah lisan suku Mattaponi.
Baca: Pangeran Edward, Putra Bungsu Ratu Elizabeth II Hanya Dapat Gelar Kebangsawanan Rendah, Alasannya?
Dalam versi yang sebenarnya, Powhatan dengan tulus menyukai Kapten Smith dan ritual dengan batu itu dimaksudkan sebagai upacara penyambutan.
Pocahontas tidak akan hadir, meskipun dia anak perempuan kepala suku, karena dia terlalu muda.
Menurut Custalow dan Daniel, Smith tidak bertemu Pocahontas sampai ia datang bersama orang-orangnya untuk mengantarkan makanan ke Jamestown.
Dalam dua tahun, hubungan antara penduduk asli Amerika dan penjelajah Inggris memburuk.
Para pendatang yang kelaparan membutuhkan lebih banyak makanan sementara penduduk asli Amerika tidak bisa menyediakannya.
Legenda lain mengatakan, Pocahontas berlari melalui hutan sendirian untuk memperingatkan John Smith jika dirinya dalam bahaya.
Smith mengklaim Pocahontas dua kali menyelamatkan hidupnya dalam bukunya 1624 Jenderal Historie of Virginia.
Sekitar 1610, Pocahontas yang saat itu sekitar 14 tahun, menikah dengan Kocoum, dari suku Patawomeck.
Keduanya memiliki seorang anak, menurut beberapa sumber.
Baca: Wanita Berjenggot Ini Dulu Sering Dibully, Inilah Harnaam Kaur Inspirator tentang Body Positivity
Yang pasti, pada 1613, Kapten Samuel Argall menculik Pocahontas untuk tebusan.
Kocoum terbunuh dalam kejadian itu.
Ketika ditahan di tahanan, Pocahontas menderita depresi dan kemungkinan besar disalahgunakan.
Dia belajar bahasa Inggris, kebiasaan, dan agama.
Pada 1614, Pocahontas masuk Kristen, namanya diubah menjadi Rebecca, dan dia menikah dengan petani tembakau bernama John Rolfe.
Pada titik tertentu, Pocahontas memiliki seorang putra, Thomas.
Apakah ia keturunan John Rolfe atau seorang penyerang yang tidak disebutkan namanya, masih menjadi perdebatan sejarah.
Menikah dengan Pocahontas memungkinkan petani tembakau itu mempelajari teknik-teknik pengawetan dari para pemimpin suku, yang mengubah usahanya menjadi perusahaan yang menguntungkan.
Keluarga itu pergi ke London pada 1616, bersama dengan Argall, penculik Pocahontas, dan saudara perempuannya, Mattachanna, yang kemudian menulis tentang petualangan mereka.
Pocahontas yang sekarang berganti nama menjadi Rebecca Rolfe akhirnya menetap di perdesaan Brentford.
Pocahontas dan Kapten John Smith pun kembali bertemu.
Smith menulis, Pocahontas begitu emosional ketika bertemu dengannya.
Pertemuan mereka tidak menyenangkan.
Mereka saling tidak menyetujui nama panggilan satu sama lain, menurut Smith.
Itu adalah kali terakhir mereka bertemu.
Keluarga Rolfe memutuskan untuk kembali ke Virginia pada 1617, tetapi Pocahontas tidak selamat saat perjalanan pulang.
Ia sakit sebelum kapal menyeberangi Samudera Atlantik.
Dia meninggal ketika sampai di darat.
Ada yang mengatakan, ia meninggal karena pneumonia atau disentri, sementara yang lain mengatakan dia diracuni.
Terlepas dari itu, ia dimakamkan di Gereja St. George di Kent, Inggris.
Pocahontas meninggal pada usia 21 tahun.
Artikel ini telah tayang di Tribuntravel.com dengan judul Tak Seindah Kartun Disney, Kisah Pocahontas Ternyata Lebih Menyedihkan dan Jauh dari Kata Romantis