Luar Negeri
Mahathir Tunjuk Pemuda Berusia 25 Tahun Jadi Menteri, Siapa Syed Saddiq?
Saddiq selama ini menjadi bagian penting dalam strategi Mahathir untuk pembangunan kaum muda
Lahir di Johor dari keluarga kelas menengah, Saddiq mulai dilihat sebagai pembicara ulung yang menjadi bahan diskusi ketika menolak UMNO dan memilih "pecahannya", Partai Pribumi Bersatu Malaysia yang merupakan bagian dari koalisi Pakatan Harapan.
Dalam prosesnya, dia bahkan menolak kesempatan beasiswa S-3 ke Oxford untuk bertarung dalam perebutan kursi parlemen di Muar, negara bagian Johor.
Muar, yang awalnya dianggap sebagai basis kuat UMNO, ternyata bisa ditaklukkan Saddiq yang meraup 6.953 suara.
Namun, peran pemuda ini jauh lebih dalam. Saddiq membantu para politisi senior lebih terhubung dan mudah disentuh konstituen mereka.
Baca: Mahathir Jauhi China dan Dekati Investor Jepang untuk Tutupi Utang Negara Peninggalan Najib Razak
Saddiq, sejak saat itu, hampir selalu terlihat bersama Mahathir baik dalam berbagai jumpa pers atau berbagai unggahan di media sosial.
Dengan lebih dari 987.000 "followers" akun Instagram-nya, Saddiq juga berperan menjadi pengelola siaran langsung tanya jawab dengan Mahathir lewat Facebook yang banyak menarik perhatian para pemuda negeri itu.
Belajar dari pengalaman sang ayah, Saddiq juga mengangkat buruknya kondisi kerja 400.000 warga Johor di Singapura.
Dalam sebuah video yang disaksikan 841.000 kali hanya di akun Facebook-nya saja, Saddiq menyamakan nasib para pekerja itu dengan ayahnya yang harus bekerja 17 jam sehari untuk menghidupi keluarganya.
Hubungan antara Mahathir dan Saddiq amat jelas. Dalam sebuah video berdurasi 29 menit yang diunggah ke YouTube awal tahun ini, keduanya mendiskusikan keuntungan para pemuda Malaysia jika bisa berbahasa Inggris dengan baik.
Baca: Cara Malaysia Gaet 27 Juta Wisatawan
Di satu momen, Syed Saddiq menyebut Mahathir sebagai "Cikgu Mahathir", sebuah julukan yang tak banyak orang berani menggunakannya.
Meski kini Saddiq menjadi salah satu menteri kabinet Mahathir, masih terlalu pagi jika menggadang-gadang dia sebagai "penerus" sang perdana menteri.
Sebab, bagi siapa saja yang memahami politik Malaysia, pasti memahami betapa hubungan yang terlalu dekat bisa menjadi racun di satu hari nanti.
Mampukah dia bertahan dari realitas pemerintahan? Apakah Saddiq memiliki kharisma yang cukup?
Ditambah dengan gaya hidup yang cepat berubah dan siklus media sosial, apakah momen gemilang ini bisa bertahan?
Saddiq juga harus membuktikan telah memiliki kedewasaan dan kemampuan politik untuk sukses dalam pemerintahan Mahathir.
Baca: Bayar Utang Negara, Warga Malaysia Sumbang Rp 24 Miliar Dalam Waktu Kurang Dari 24 Jam