Mengenang Peristiwa 11 September, Runtuhnya Menara Kembar dan Keterkaitan Osama bin Laden
Tabrakan itu menyisakan lubang menganga dan terbakar di dekat lantai 80. Membunuh ratusan orang sekaligus dan membuat mereka
Kemudian, setelah lepas landas, para teroris menembaki kru pesawat dan mengambil alih kendali. Mengubah pesawat penumpang biasa menjadi rudal.
Serangan Pentagon
Baca: Japan Open 2018 - Jadwal Pertandingan dan Link Live Score Badminton Mulai 11-16 September 2018
Ketika jutaan warga AS belum mengerti tentang apa yang terjadi di WTC, pesawat American Airlines Flight 77 berputar mengitari Washington D.C, sebelum akhirnya menabrak sisi barat markas besar militer Pentagon, pada 9.45 pagi.
Bahan bakar jet dari Boeing 757 menyebabkan ‘neraka kehancuran’ -- mengarahkan pada runtuhnya bangunan beton raksasa yang juga menjadi markas Departemen Pertahanan AS.
Ada sekitar 125 personel militer dan warga sipil yang terbunuh di Pentagon akibat serangan tersebut. Sementara korban tewas dari pesawat mencapai 64 orang.
Menara kembar runtuh
Kurang dari 15 menit setelah serangan Pentagon, horor di New York kembali terjadi. Menara selatan WTC yang sebelumnya ditabrak pesawat, runtuh dan tumbang ke permukaan tanah. Menciptakan awan debu raksasa.
Struktur baja dari gedung pencakar langit yang bisa menantang angin dengan kecepatan 200 mil tersebut, pada akhirnya tidak mampu menahan panas luar biasa yang dihasilkan oleh bahan bakar.
Pukul 10.30 pagi, menara utara menyusul kembarannya dan ikut runtuh.
Hanya enam orang di gedung WTC yang berhasil selamat dari bencana itu. Sekitar 10 ribu orang mengalami luka yang cukup parah.
Flight 93
Sementara itu, pesawat keempat – United Airlines Flight 93 – juga dibajak, 40 menit setelah meninggalkan Bandara Internasional Newark Liberty di New Jersey.
Namun, karena sebelumnya sempat mengalami penundaan, para penumpang sudah mengetahui apa yang terjadi di New York dan Washington dari telepon seluler dan pengeras suara.
Sadar bahwa pesawat yang mereka tumpangi tidak kembali ke bandara seperti yang dijanjikan teroris, sekelompok penumpang dan pramugari pun merencanakan sebuah pemberontakan.
Salah satu penumpang, Thomas Burnett Jr, mengatakan kepada istrinya melalui telepon: “Saya tahu bahwa kami semua akan mati. Namun, ada tiga orang di antara kami yang akan melakukan sesuatu. Saya mencintaimu, Sayang.”