5 Hal yang Perlu Diketahui tentang Pertemuan IMF-Bank Dunia di Bali

Meski anggarannya tidak sebesar tuan rumah sebelum-sebelumnya, persiapan Indonesia sebagai tuan rumah dipuji para petinggi di IMF.

Editor: Fatimah
KOMPAS.com
Pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia di Bali yang dikritik banyak kalangan. 

Susi kala itu mengungkapkan dengan perbandingan negara yang menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan terdahulu, yakni Singapura (2006) dan Lima di Peru (2009, 2012, dan 2015) yang rata-rata anggarannya Rp1,1 triliun sampai Rp1,5 triliun.

Meski anggarannya tidak sebesar tuan rumah sebelum-sebelumnya, persiapan Indonesia sebagai tuan rumah dipuji para petinggi di IMF.

Menurut Ketua Unit Khusus Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia Peter Jacobs, pujian disampaikan langsung oleh Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde diikuti dengan direktur IMF lainnya.

Baca: Persiraja Tatap Delapan Besar

Peter menyampaikan, Pertemuan Tahunan kali ini di Bali termasuk yang terbesar selama diselenggarakan di luar Amerika Serikat.

Setiap tiga tahun sekali, negara-negara di dunia berkesempatan ikut seleksi menjadi tuan rumah Pertemuan Tahunan karena manfaat yang didapat, khususnya di bidang perekonomian, sangat besar.

Agenda Pembiayaan Dan Asuransi Bencana

Mengenai tidak empati dengan bencana, Susiwijono pada Senin (1/10) menyampaikan bahwa acara ini tidak mengurangi empati dari negara-negara lain, termasuk pemerintah sebagai tuan rumah, terhadap bencana dalam negeri.

 
Bahkan, ada satu agenda tentang strategi pembiayaan dan asuransi atas risiko bencana yang dibahas khusus di Pertemuan Tahunan atas usul dari Indonesia.

Di sisi lain, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan SAR Nasional (Basarnas) terus menangani korban bencana dan mengupayakan langkah perbaikan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya juga menjanjikan pemerintah siap memberi anggaran tambahan bagi penanganan bencana.

Baca: Nova Minta Bank Aceh Fokus Salur Kredit Sektor Produktif

Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi Sejak 2014

Terhadap penilaian tim Prabowo bahwa kinerja perekonomian Indonesia semakin memburuk, dapat dilihat pada data perekonomian terkini dari sejumlah indikator.

Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi terakhir, per kuartal II 2018 sebesar 5,27 persen atau merupakan yang tertinggi sejak tahun 2014.

Jika dirinci, tingkat konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,14 persen.

Pembentukan modal tetap bruto atau investasi tumbuh 5,87 persen atau meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu (year on year) sebesar 5,34 persen.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved